Politik Lokal Ka'bah

http://sumbar.muhammadiyah.or.id/content-9-sdet-direktori-ketua-pwm.html

Direktori Ketua PWM

Memo, 22.1.17.

Politik Lokal Ka'bah

 


Memo, Shofwan (Padang, Ahad 22 Jan 17-23 Rb Akhir 1438).

Matahari pagi sepenggalahan. Ada surel (surat elektronik)  undangan menghadiri Hari Lahir (Harla) ke-44 Partai Persatuan Pembangunan (PPP/P3). Sejalan dengan pelantikan DPW dan DPC partai berlambang ka'bah itu. 

Datang dari Jakarta Ketua Umum Ir. Muhammad Romahurmuzy, MT dan rombongan. Romi, panggilan singkat para sahabat  kepada Ketua Umum.
Panitia telah menunjukkan tempat duduknya yang tertulis di sandaran kursi. Baris kedua berdampingan Ketua Aisyiah yang juga masih kosong.

 Tiba-tiba seorang pengurus, yang kemudian  ia  tahu rupanya juga dilantik, memintanya pindah ke kursi barisan pertama di depan bersebelahan tamu VVIP lain. Walaupun mulanya berbasa-basi, ia  tetap pindah ke depan. Duduk bersebelahan dengan Wakil Walikota Pariaman. 


Ia tidak hafal siapa saja kepala daerah yang diusung P3 pada Pilkada lalu yang datang pada Harla ini, selain tokoh yang duduk di sebelahnya. Belakangan rombongan dan anggota DPD RI duduk di deretannya. 

Rombongan Ketua Umum dan Ketua DPW H Hariadi BE yang dilantik, kemudian datang Gubernur Irwan Prayitno,  duduk di deretan yang sama pada bagian seberangnya.


Ia sempat berbicang pendek kepada pengurus yang tadi mempersilahkan pindah kursi. Untuk menyegarkan ingatan, kini kursi P3 di DPRD ada 8. Bersamaan dengan itu ada  sekitar 50 kursi perolehan partai hijau ini di seluruh Kabupaten dan Kota  di   provinsi ini, kecuali, Kab Mentawai. 

Dengan begitu dapat dikatakan bahwa   P3  agak merata kekuatannya di Ranah Minang. Untuk DPR RI, P3 memproleh 1 kursi di Dapil 1 dan 1 kursi di Dapil II.  

Artinya P3 pada Pemilu lalu di atas PAN yang hanya memproleh 1 kursi di Dapil  I dan kosong di Dapil II, untuk perolehan kursi DPR RI.  Paling tidak dengan begitu P3 sejajar di antara 8 partai yang memperoleh kursi untuk DPR RI dari seluruh Sumbar.





 





Melihat panorama itu dapat dikatakan P3 berada pada papan atas di Sumbar.  Meskipun sampai sekarang DPP masih terbelah antara Jan Farid dan Romi. 

Dari bisik-bisik untuk kepengurusan DPW Sumbar kali ini sudah dikombinaasikan pengikut kedua kubu itu.  Kalau info ini benar, maka P3 menjadi solid dan akan bergerak lebih cepat. 

Meskipun ada info lain, Jan Farid dan Epiyardi Asda sudah mengganti DPW yang lama kepada  Irwan Fikri, Wakil Bupati Agam 2012-2015  sebagai Ketua DPW versi Jan Farid yang baru.  

Jangan lupa, untuk Pilkada 15 Februari ini, Jan Farid mendudukung Ahok  untuk Pilgub DKI. Sementara Romi mengusung Agus-Sylvi. Hal lain yang perlu dicermati adalah SK Menkumham yang mengesahkan kepenguruan DPP Romi di batalkan Pengadilan PTUN Jakarta beberapa waktu yang lalu. 

Kembali ke P3 Sumbar, kelihatannya secara ideologis masih tetap kokoh. Secara kultural, masih layak. Persoalan pokok lain yang tak kalah penting adalah struktur, SDM dan dukungan finansial sebagai enerji.

Semua partai, organisasi massa dan badan-badan LSM, kini sedang lesu darah. Mungkin untuk partai masih ada bantuan pemerintah. Tetapi untuk Sumbar, Ormas seperti MUI, LKAAM, Bundo Kanduang, Muhammadiyah, NU, Perti-Taribiyah, sejak 3 tahun ini, hampa. 

 Meskpipun begitu ada harapan kepada pendukung P3  loyalis lama dan mereka berasal dari ormas yang dulu memang menjadi akarnya. Seperti Muhammadiyah, Perti dan kelompok Tarikat serta lainnya. 

Para loyalis ini, sesuai sejarahnya hampir tidak mempedulikan soal materi. Mereka lebih konsen kepada perjuangan dan isi plat-form partai berbasis Islam itu. Bayangkan, mereka yang dulu zaman Orba, bahkan rela berhenti dari pekerjaannya yang berafiliasi dengan pemerintah  untuk semata-semata hidup dengan caranya sendiri dan loyal kepada P3.

Sebagai angota DPRD Sumbar 1992-1997, penulis memo ini  melihat tokoh senior P3 lama yang sudah malang melintang sejak 44 tahun lalu, masih  ada yang eksis. Tentu ditambah yang baru dan muda-muda usia. Bolehlah berharap kepada tokoh senior itu mengasah ideologi dan semangat  kader-kader yang baru. 

Apa lagi sekarang hampir-hampir mereka tidak membaca plat-form dan  inti perjuangan partai. Sebagian besat orientasi mereka hanya kedudukan dan mengejar kursi legislatif atau pada waktunya kepala daerah. Sehingga tipologi poltikus seperti ini sama dengan tupai, di mana durian yg masak melompat ke situ. 

Bagaimanapun, massa P3 bolehlah berharap saatnya kini P3 bangkit. Bila kabinet Hariadi mampu merangkul ulang dan meningkatkan daya juang pasukan yang selama ini berlanglang buana ke partai lain dan sekarang kembali ke P3,  lalu mampu mengeksplorasi semangat dan daya juang kader baru,  maka Partai lambang Ka'bah in mungkin akan mendulang kemenangan  yang signifikan  di 2019.***











Komentar

Postingan populer dari blog ini

Irman Gusman dan Anjadi Gusman Bersama Ibu Aisyiah dan Nasyiatul Aisyiah Sumbar

Senang, Gembira dan Bahagia: Wakaf Prof. Dr. H. Sidi Ibrahim Buchari, M.Sc.