Postingan

Menampilkan postingan dari Juli, 2019

Izzul Muslimin: Dari Muktamar 41 ke 48 Surakarta

*ANTARA MUKTAMAR MUHAMMADIYAH KE-41 DAN KE-48* _*(Muhammad Izzul Muslimin)*_ Besok akan ada launching logo Muktamar Muhammadiyah ke-48 di Solo. Insya Allah Muktamar Muhammadiyah ke 48 akan dilaksanakan pada 1 - 5 Juli 2020 di Kompleks Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS). Sebelumnya, pada tahun 1985 Muhammadiyah juga bermuktamar di tempat yang sama, yaitu Muktamar Muhammadiyah ke-41. Saat itu saya masih duduk di kelas 2 SMP Muhammadiyah Jepara. Bapak saya mengajak ke Solo sebagai penggembira Muktamar, sekaligus menengok kakak saya yang kuliah di UMS dan nyantri di Pondok Shobron. Itulah pengalaman pertama saya menyaksikan perhelatan Muhammadiyah tingkat nasional. Saat itu saya sangat kagum dan bangga dengan Muhammadiyah. Terbersit dalam hati kecil saya untuk bisa menjadi aktivis Muhammadiyah. Dan Alhamdulillah ternyata saya diberi kesempatan untuk bisa beraktivitas di Muhammadiyah hingga tingkat masional. Belakangan saya baru tahu bahwa Muktamar Muhammadiyah ke-41 di Solo saa

Menimbang Putusan "Judex Juris" terhadap Upaya PK

Menimbang Putusan "Judex Juris" terhadap Upaya PK Koran Sindo Slasa, 30 Juli 2019 - 06:34 WIB Ketua Program Studi Magister Ilmu Hukum Universitas Al-Azhar Indonesia, Ketua Bidang Hukum dan HAM Korps Alumni Himpunan Mahasiswa Islam (KAHMI) Suparji Ahmad  Ketua Program Studi Magister Ilmu Hukum Universitas Al-Azhar Indonesia, Ketua Bidang Hukum dan HAM Korps Alumni Himpunan Mahasiswa Islam (KAHMI).  ADA  dua peristiwa penting dalam dunia penegakan hukum di Indonesia yang terjadi baru-baru ini. Pertama, putusan bebas Mahkamah Agung (MA) terhadap kasus BLBI yang melibatkan Syafruddin Arsyad Temenggung (SAT). Putusan MA ini menarik perhatian publik. Setidaknya putusan tersebut membalikkan persepsi sebagian masyarakat bahwa untuk kasus sebesar itu, apalagi dianggap sebagai kasus megakorupsi, tak mungkin MA membebaskan terdakwa.  Fakta bahwa kekuasaan judex juris akhirnya mengabulkan permohonan kasasi SAT itu menunjukkan bahwa MA telah menunjukkan dirinya sebagai kekuasaan

Senang, Gembira dan Bahagia

Gambar
Senang, Gembira dan Bahagia Lihat semua pos milik shofwankarim Mei 13, 2018 Padang Alai ,  Padang Pariaman  (10/4/18). “Apa rahasianya Umi?”, tanya salah seorang yang hadir siang itu. Usia Umi sudah 84 tahun, tetapi penampilan lincah, bicara lancar dan suara bak ibu usia 40-an. Runtut, jelas dan berisi. “Yang penting selalu senang, gembira dan bahagia”, katanya. “Senang artinya badan senang, ibadah kuat, makan enak, tidur nyenyak, badan sehat. Gembira, ya selalu ceria, tidak pernah galau apa lagi rusuh. Bahagia. Nah, artinya bahagia dengan kehidupan dengan semua yang dikaruniai Allh swt, anak, menantu, dan cucu serta keluarga besar selalu rukun, dapat se-ia se-kata, suka tolong menolong dan bersyukur sepenuhnya atas karunia Allah swt. Umi pernah menjadi Ketua PW Aisyiah DKI Jakarta, dua periode dan keluarganya pernah dinobatkan sebagai keluarga teladan pertama DKI Jakarta masa Gubernur Fauzi Bowo. Di dampingi putranya, dr. H. Nur Avenzoar, Umi Dra. Hj.

Pidato Calon Presiden Terpilih Jokowi, Sentul, 14/7/2019

Gambar
Pidato Presiden Terpilih “Visi Indonesia” 14 Juli 2019 Assalamuallaikum wr. Wb Salam sejahtera bagi kita semua Om swastiastu Namo buddhaya Salam kebajikan Bapak, Ibu, saudara-saudara sebangsa dan setanah air. Seluruh rakyat Indonesia yang saya cintai. Hadirin yang berbahagia. Kita harus menyadari, kita harus sadar semuanya bahwa sekarang kita hidup dalam sebuah lingkungan global yang sangat dinamis! Fenomena global yang ciri-cirinya kita ketahui, penuh perubahan, penuh kecepatan, penuh risiko, penuh kompleksitas, dan penuh kejutan, yang sering jauh dari kalkulasi kita, sering jauh dari hitungan kita. Oleh sebab itu, kita harus mencari sebuah model baru, cara baru, nilai-nilai baru dalam mencari solusi dari setiap masalah dengan inovasi-inovasi. Dan kita semuanya harus mau dan akan kita paksa untuk mau. Kita harus meninggalkan cara-cara lama, pola-pola lama, baik dalam mengelola organisasi, baik dalam mengelola lembaga, maupun dalam mengelola

Sejarah Tahlilan

SEJARAH LAHIRNYA TAHLILAN DALAM UPACARA KEMATIAN, KHUSUSNYA DI TANAH JAWA, INDONESIA. Oleh: Sangadji EM (Tulisan ini tdk bertujuan utk menohok pihak tertentu, tapi sebagai kajian ilmu agar kita paham sejarah lahir'y Upacara Tahilan)K Perintis, pelopor dan pembuka pertama penyiaran serta Pengembangan Islam di Pulau Jawa adlh Para Ulama/Mubaligh yg berjumlah sembilan, yg populer dgn sebuatan Wali Songo. Atas perjuangan mereka, berhasil mendirikan sebuah Kerajaan Islam pertama di Pulau Jawa yg berpusat di Demak, Jawa Tengah. Para Ulama yg sembilan dlm menyiarkan dan Mengembangkan Islam di Tanah Jawa yg mayoritas penduduk'y Beragama Hindu dan Budha mendapat kesulitan dlm membuang Adat Istiadat Upacara Keagamaan lama bagi mereka yg telah Masuk Islam. Para Ulama yg sembilan (Wali Songo) dlm menanggulangi masalah Adat Istiadat lama bagi mereka yg telah Masuk Islam terbagi menjadi dua aliran yaitu ALIRAN GIRI dan ALIRAN TUBAN. ALIRAN GIRI adlh suatu aliran yg di pimpin oleh Raden

Muhammadiyah, Soekarno dan Kunci Kemenangan Jokowi

Gambar
Investigasi   Operasi Rahasia Muhammadiyah dan Jokowi  (Edisi -4 Habis) Masih tercatat dengan jelas ketika Ketua PP Muhammadiyah, DR Haedar Nashir mengulas pertalian Muhammadiyah dengan perjuangan bangsa ini. “Banyak contoh bagaimana Muhammadiyah melahirkan pejuang kemerdekaan,” ujar Haedar di sela pelantikan pengurus Perguruan Tapak Suci Putera Muhammadyah di Yogya Sabtu 27 Oktober 2018. Harmonis dan Dekatnya Muhammadiyah dengan Soekarno Haedar mencontohkan sejumlah pendiri bangsa yang sebenarnya kader Muhammadiyah tulen namun belum banyak diketahui. Misalnya tentang presiden RI pertama Soekarno yang merupakan salah satu murid pendiri Muhammadiyah, Kiai Ahmad Dahlan. Ahmad Dahlan di masa silam kerap bolak balik ke Surabaya, menyambangi kost milik Cokroaminoto. Di tempat itu Ahmad Dahlan mengajar Soekarno dan anak muda pergerakan lain seperti Agus Salim juga Semaun. Sampai akhirnya Soekarno resmi menjadi kader Muhammadiyah di tahun 1930. Bahkan Soekarno setelah itu, menjadi peng

Khilafah Versus Ideologi Pancasila

Minggu, 31 Maret 2019 | 10:55 WIB Tanggapi Imbauan Din Syamsuddin, Ini Penjelasan Dosen UI Soal Khilafah Dosen Filsafat dari Universitas Indonesia, Donny Gahral Adian. VIVA  – Dosen Filsafat Universitas Indonesia, Donny Gahral Adian mengatakan, bahwa paham khilafah memang bertentangan dengan ideologi bangsa yaitu Pancasila.  "Pancasila itu ideologi bangsa, dalam Pancasila terkandung nilai nasionalisme pada sila ketiga dan demokrasi sila keempat," kata Donny dalam keteranganya di Jakarta, Minggu, 31 Maret 2019.  Kata dia, khilafah yang dipertentangkan dengan Pancasila bukan keyakinan melainkan ideologi politik. Ideologi politik yang bertentangan dengan sila dalam Pancasila. "Khilafah yang dipertentangkan bukan keyakinan melainkan ideologi sebuah organisasi yang di banyak negara sudah dilarang," ujarnya.  Mempertentangankan khilafah dan Pancasila sudah tepat dan akurat, sebab Pancasila merupakan ideologi bangsa bukan keyakinan. "Khilafah sebagai ideol

Ikan Dapat, Air Tidak Keruh

*Kegelisahan KH Faqih Usman * Oleh: Nur Cholis Huda Banyak orang Muhammadiyah aktif di partai Masyumi, bahkan menjadi pimpinan di berbagai tingkatan. Setelah partai ini bubar, banyak yang kembali aktif di Muhammadiyah. KH Faqih Usman, asal Gresik adalah Ketua PP paling singkat, hanya satu minggu karena wafat lalu digantikan Pak AR. Beliau merasa ada sesuatu yang berubah dengan banyaknya orang partai yang kembali ke pangkuan Muhammadiyah. Atmosfer partai politik ikut terbawa masuk. Hal ini karena mereka sudah bertahun-tahun hidup dalam suasana kepartaian. Apalagi waktu itu politik Nasakom sedang berkibar. Maka dalam berbagai perbincangan yang menonjol adalah soal politik dan kekuasaan. Inilah yang mereka minati saat itu. Bukan soal dakwah, pencerahan umat, memajukan amal usaha, pengembangan cabang dan ranting. Jika ini dibiarkan   berketerusan, pikir Faqih Usman, maka pemahaman orang tentang Muhammadiyah akan semakin kabur.  Tahun 1961 PP Muhamamdiyah mengadakan Darul Arqam yang di