Transnasionalisasi Islam Damai Menghadapi Krisis Dunia



http://hariansinggalang.co.id/transnasionalisasi-islam-damai-menghadapi-krisis-dunia/



Transnasionalisasi Islam Damai Menghadapi Krisis Dunia


Duta Mardin, Pimpinan PCIM Amerika Serikat, Washington, DC yang berasaldari Pariaman menyampaikan pikirannya apa yang dapat dilakukan Muhammadiyah di Amerika di hadapan peserta diskusi Muktamar. Mendengarkan, di antaranya Nakamura dan Buya Syafii, (SK)

Oleh Shofwan Karim

Jepang sedang mengalami Islamopobhia. Padahal Jepang dengan penduduk 120 juta, negara paling maju deretan papan atas, sangat baik hubungannya dengan negara-negara mayoritas muslim di dunia. Islamopobi ini, kata Prof. Mitsuo Nakamura dari Chiba University-Jepang (84 th) akibat dipancungnya dua orang bangsa Jepang oleh ISIS dan terbunuhnya 14 insinyur dan ahli Jepang di Nigeria beberapa waktu lalu.

Hal itu dikatakan oleh ahli tentang Indonesia dan Muhammadiyah yang datang untuk Muktamar NU di Jombang dan Minggu (5/8) terbang ke Muktamar Muhammadiyah di Makassar. Untuk merehab traumatik islamopobhia itu, Guru Besar Universitas Chiba, Jepang itu mengajak Muhammadiyah untuk menginternasionlisasikan Islam yang sejuk, damai, moderat versi Muhammadiyah khususnya dan Indonesia umumnya.

Di samping itu, untuk menghadapi perubahan iklim, krisis air, kemiskinan dan berbagai penyakit berbahaya yang melanda dunia, diperlukan kerjasama semua unsur, terutama kalangan ilmuwan dan akademisi untuk mengatasi segala macam krisis tersebut.

Semua itu dikatakannya dalam kesempatan pertemuan perwakilan Pimpinanan Cabang Istimewa (PCIM) sedunia dan perwakilan 177 universitas dan perguruan tinggi Muhammadiyah (PTM) se-Indonesia. Acara ini dilaksanakan pada ruangan lain berbarengan dengan pleno utama Muktamar di Auditorium, pemilihan 13 anggota PP Muhammadiyah dari 39 nama oleh 2568 peserta.

Pada sesi yang sama Prof Azyumardi Azra menyampaikan bahwa watak Muslim Indonesia yang damai, inklusif, moderat dan rahmatan lil alamin itu menjadi model yg sanggup menguasai hati dan jiwa masyarakat internasional. Islam Indonesialah yang tepat dan cocok untuk semua negara yang beraneka budaya sekarang dan masa depan.

Di lain sisi, Buya Syafii berharap Muhammadiyah di samping melahirkan ulama yang biasa mesti pula mencetak ulama filosofis dan mendunia seperti H Agus Salim. Ulama yang menguasai pemahaman komprehensif dan integratif Alquran dengan dinamika dunia global.

Selanjutnya pada bagian berikut Nakamura meminta Muhammadiyah dan NU mengirim misi damai Islam itu ke berbagai negara. Khusus untuk misi ke Jepang sedang disusun proposal yang melibatkan semua unsur Islam di Indonesia untuk mengembalikan citra positif Islam di negeri matahari terbit itu.

Muktamar Muhammadiyah dan Aisyiah yang sedang berlangsung sekarang ini di samping acara pokok memilih pimpinan baru, menetapkan program kerja dan merumuskan berbagai konsep dan pemikiran kebangsaan dan keumatan dalam pleno dan komisi-komisi, didukung pula oleh berbagai agenda. Pameran, bazar, atraksi dan pertunjukan, peluncuran buku, reuni pemuda, mahasiswa, pelajar, jambore kepanduan Muhammadiyah Hizbul Watan, diskusi, seminar dan ceramah. Semua itu berlangsung simultan di berbagai lapangan, tempat dan hotel-hotel di Makassar (Bersambung).

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Shofwan Karim, Obituari Buya Mirdas Ilyas (3): Satu Rumah-Posko Bersama

Sejarah Tahlilan