Literasi Sejarah Lokal Muhammadiyah: Obituari Buya Abi, Konsisten Quran dan Sunnah

 

Buya Drs. H. Abizar Lubis, M.Ag.  (1950-2020) 3 dari kanan bersama Prof. Dr. H. Yunahar Ilyas, Lc., M.Ag  (22 Sep 1956-2 Jan 2020) Ketua PP   Muhammadiyah , dalam satu acara di PDM Padang Panjang. (Foto. Dok Pri)

 

Literasi Sejarah Lokal Muhammadiyah: Obituari Buya Abi,

Konsisten Quran dan Sunnah

 

Oleh Shofwan Karim

 

Setiap  acara Muhammadiyah, apabila tidak terlalu formal, Drs. H. Abizar Lubis, M.Ag (lh 5 April 1950 wafat 9 Agustus 2020) dengan panggilan akrab Buya Abi, selalu berkata begini.  “Apabila memulai pidato atau sambutan, biasakanlah membaca kalimat tahmid yang sesuai dengan Hadis saw. Supaya menjadi bernilai ibadah”.

 

“Rasulullah biasanya membaca kalimat tahmid seperti ini”, ujarnya.

 

إِنّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَسَيّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاّ اللهُ وَأَشْهَدُ أَنّ مُحَمّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُه

 

“Bacaan ini terdapat di dalam hadis riwayat Muslim, Abu Daud dan Imam Ahmad. Menurut sebagian ulama, lebih baik kita membaca tahmid yang sesuai dengan hadis draipada kita buat dan kita susun sendiri,” sambung Buya.

 

Menyebut “sebagian ulama” itu, Buya Abi sebenarnya tidak membatalkan pengucapan tahmid dengan cara yang lain. Buya lebih kepada anjuran. Anjuran ini selalu diulang-ulangnya. Jupaghni di dalam blog https://jupagni.gurusiana.id/profile mengutip lagi testimoni Buya Abi ini. Bahkan di situ Jupaghni menyambungna, bagaimana Buya Abi memberi taushiyah atas wafatnya seseorang pada suatu waktu.

 



Buya Abi (tengah) . Foto: Dok/RI Minangkabau News)

 

Tentu saja testimoni Buya Abi tidak hanya itu. Menurut seorang pengamat, Eska, Buya ini hebat. Di dalam imajinasi Eska,  mungkin Buya Abi menyebutnya begini. Boleh pula tahmid awal pembukaan sambutan atau pidato pada iftitah mengutip Quran, seperti antara lain As-Saff, 61: 9 dan ayat pada surat lainnya.

 

Beberapa hari lalu dari WA Buya Hamidi tertulis, Buya Abi di rawat di RS Stroke Bukittinggi. Konfirmasi langsung dilakukan Eska. Indra Madi, Sekretaris PDM Padang Panjang Batipuh X Koto (Pabasko) membenarkan. Pada chatting berikut di berbagai grup WA keadaan Buya Abi sudah viral. Pada chat berikutnya, Mantan Ketua DPRD Padang Panjang tadi menayangkan foto di tempat perawatan Buya Abi.

 

Tiba-tiba kemarin (9/8/2020) Eska tersadar. Calling dari Indra Madi menyentaknya. Buya Abi sudah mendahului kita semua. Innalillahi wa inna iliahio rajiun. Beliau wafat di Rumah Sakit pukul 11.00 Wib. Ini bulan duka. Sebelumnya Buya Zamzainir Ketua PDM Pessel wafat.  https://www.kompasiana.com/shofwankarim/5f243697097f3654af7e5132/literasi-sejarah-lokal-muhammadiyah-obituari-h-zamzaini-s-h

Prosesi jenazah dilanjutkan di kediamanya, Kampung Manggis Padang Panjang. Dilepas oleh Walikota Padang Panjang, H. Fadly Amran. Dilepas oleh Ketua PDM Pabasko sebelum Buya Abi, Buya Drs. H. Mirdas Ilyas. Ramai tokoh masyarakat dan warga serta  tokoh Muhammadiyah Padang Panjang dan Sumbar hadir. Pemakaman selesai sesudah waktu Asar pada hari yang sama.

 

Pada waktu tak lama, masuk lagi WA. Umi Rahana (93th), isteri lamarhum Buya Hasan Bayk, dipangil pula keharibaan-Nya. Umi berjasa mendampingi Buya sepanjang hidup dalam pengabdian kepada umat melalui persyarikatan Muhammadiyah. Bahkan rela tinggal di lantai 2 rukonya Jl Yamin, demi supaya dekat berulang jalan kaki  ke Masjid Raya Muhammadiyah Pasar Raya Padang.

 

Kembali ke Buya Abi. Eska meminta Indra Madi mengirim data  Buya seperti tertayang di lembaran ini.  Di situ tertulis biodata dan sosdik singkat. Merasa perlu melengkapi itu, Eska susun berikutnya tayangan pergaulan sosial dan intelektual dengan beliau. Hal yang sama sudah Eska tulis untuk beberapa tokoh lain sebelum ini. Baik yang masih hidup maupun yang sudah wafat.



Kembali ke Buya Abi. Eska mengenal tokoh kita ini pada perkisaran 69-70-an. Ketika Buya  sekolah di Thawalib Padang Panjang. Waktu itu Eska di Sekolah Persiapan IAIN IB Padang  Panjang. Beliau lebih senior dari Eska. Dunia pendidikan madrasah di Padang Panjang masa itu mempunyai tradisi “Muhadarah”. Setiap siswa, atau sekarang istilahnya santri, wajib latihan pidato dan ceramah. Mungkin skarang disebut program eks-skul.

 

Latihan mengasah olah fikir, otak  dan retorika. Latihan tampil dan  bicara di depan publik. Melatih lafal dan hafalan ayat, hadis, (mahfuzat) kalimat ahlul hikmah, syair serta pepatah Bahasa Arab, Indonesia dan Minang. Gaya di mimbar. Mimikri gerak  wajah. Gesture, atau gerak tangan, tubuh dan mata. Vokal, atau kualifikasi volume suara dan intonasinya.

 

Ini semua penting. Masa itu, kalau libur,  terutama bulan Ramadhan wajib pulang kampung. Sebagian besar siswa yang belajar di Padang Panjang, baik tingkat Tsanawiyah atau Aliah (sekarang) adalah mereka yang dari rantau atau luar Padang Panjang. Lebih banyak lagi yang dari luar Sumbar. Di kampung,  masa libur puasa itu  mereka wajib menjadi muballigh atau da’i. Kala itu kurang sekali acara pengajian dengan cara tabligh di luar Minangkabau.



 Peresmian Kawasan Bisnis Muhammaiyah-Waerdah Foundation oleh Ketua PP Muhammadiyah Dr. H. Anwar Abbas, M.M., M.Ag. Dr. Hayati Subakat ikut tanda tangan prasasti. (Foto: Dok)


Sebagai uji coba kemampuan, guru akan menugaskan siswa menjadi muballigh pengganti. Eska pertama kali menggantikan atau istilah “krennya” diutus gurunya. Mulai dari Syamsul Bahri Khatib, BA ( belakangan Prof. Dr. Drs. H. BA, MA) dan Dekan FU IAIN IB, Ketua MUI Sumbar dan Ketua Baznas Sumbar. Sampai membawa nama guru kesayangan berikutnya H. Djamaan Karim Jum’ah, MA.,  Sudirman, (H. Drs., M.Ag ) dan lainnya. Buya Mirdas Ilyas, yang hadir tadi adalah teman sekelas dan setempat kost di Padang Panjang. Buya Mirdas terkenal di samping Muballigh adalah Ustazd didikan subuh yang handal di peralihan tahun 69/70 tadi. Guru Qura yang fasih ini dan enak mendengarnhya menjadi Imam sampai kuliah Jursan Bahasa Arab sampai Drs di IAN IB Padang bersama Eska. Buya Mirdas mewakili Eska dan semua koleg yang yang sempat hadir melepas Buya Abi kemarin.

 

Di masa yang diaparkan ini, Abizar Lubis juga aktif di Masjid dan Musalla di Padang Panjang menjadi asisten para muballigh guru Tahwalib. Eska sering bertemu senja atau malam hari sesudah”malenseng” itu. Malenseng, istilah ringan untuk mereka yang berpidato tingkat pemula di Masjid dan Musalla Padang Panjang, tahun 69/70-an itu.

 

Ada kenangan Eska di masa orang menyebut Padang Panjang sebagai kota dingin itu.  Meresap di dalam genetika intelektual, guru di empat  Madrasah dan sekolah: Tawalib, Diniyah Putri, Kuliyatul Muballighin Kauman dan SP-IAIN banyak yang duplikasi alias sama. Mereka mengajar di dua atau 3 bahkan ada yang pada keempat madrasah itu sekaligus.

 

Tentu untuk mata pelajaran yang sama. Maka tidak salah kalau abiturien (alumni) keempat madrasah dan sekolah itu dalam penguasaan dan pemahan studi agama dan keislaman serta karakter ilmu mereka mirip  dan mungkin rata-rata air adalah sama. Begitu pula kemampuan “malenseng” ada miripnya.  Selain itu, para siswa di   ke empat madrasah  dan sekolah itu juga banyak yang saling pindah. Tentu dengan berbagai alasan.

 

Di dalam pergaulan Eska, terasa Buya Abi sejak muda lebih dominan penguasaan quran dan hadis serta dalil-dalil agama tekstual yang mendukung. Lebih mengena kepada inti. Kurang “galomok”. Tetapi sekali keluar, “garah”-nya, para jamaah saling pandang dan tersipu, rasa  ditikam ulu hati masing-masing.

 

Pantas saja  di dalam muzakarah dan mujadalah beliau banyak menguasai forum.  Untuk yang satu ini, Eska ingat  Ketua MTT PWM Sumbar sekarang, Dr. H. Zulkarnaini, M.Ag. Mereka sama-sama mendalam sauk ilmu fikih, tafsir, hadis dan mantiq . Begitu pula penguasaan teks dan dalil agama yang relevan.  Dan Buya Abi pernah pula menjadi Ketua MTT PWM Sumbar 2000-2005.  

 

Sebagai Ketua PDM meski masanya 2015-2020, tetapi karena Muktamar belum terlaksana, Buya masih Ketua. Muktamar yang tertunda akibat Pandemik Covid-19 merembes ke bawah. Muswil, Musda, Musca dan Musra (Wilayah, Daerah, Cabang dan Ranting) tertunda pula.

 

Buya selama 5 tahun ini ditopang oleh pimpinan daerah, majelis dan amal usaha yang handal di Padang Panjang. Ada beberapa tokoh yang menjadi sahabat beliau di Padang Panjang yang bertungkus lumus menggerakkaan amal usaha dan kegiatan PDM yang bepusat di Kauman Padang Panjang.

 

Sejauh ini, tanpa mengurangi jasa beliau dan tokoh Muhammadiyah Pabasko lainnya, paling mononjol adalah Madarasah Aliah KMM Kauman. Yang lain tetap terpelihara tetapi yang satu ini sangat berkilau. Berikutnya Masjid Raya Taqwa Muhamadiyah, Kauman Padang Panjang.  Pusat Pertokoan dan Hotel H Muin Sidi yang diresmikan sebagai Kawasan Bisnis Muhammadiyah Padang Panjang pada 15 Maret 2020 lalu.

 

Bila KMM dimotori oleh Umi Derliana, MA dengan Guru-guru dan Mejelis Pendidikan PDM serta tokoh Muhammadiyah lain, maka yang kedua, Masjid Raya dan Kawasan Bisnis Muhammadiyah-Wardah Foundatuon dimotori oleh Buya Ali Usman Syuib, SE. Hubungan Buya Abi dengan Buya Ali membawa berkah. Sarjana Ekonomi yang alumni Tawalib Padang Panjang itu tampak besahabat kental. Boleh jadi kareana sesama alumni Tawalib. Mungkin pula karena yang disebut belakangan tadi wiraswastawan yang berjiwa dan bersemangat tinggi membangun pendidikan agama.

 

Buya Ali adalah pemasar utama produk material bangunan dan besi yang berlabel Toko Al-Hidayah di Padang Panjang. Untuk ukuran Sumbar, Al Hidayah amat besar. Ali mendirikan Yayasan Wakaf Hikmah pada 2 Agusutu 2002. Kegiatan awal Yayasan ini pengajian, pengkajian islam dan bimbingan ibadah haji. Boleh jadi Buya Abi adalah tokoh utama mendampingi Buya Ali sebagai pendiri dan kemudian pemimpin Yayasan inin

 

 Pada tahun 2008 Yayasan Hikmah mendirikan Perguruan Islam Darul Hikmah. Pimpinan Darul Hikmah dipegang oleh Drs. H. Abizar Lubis, M.Ag. Deangn sistem sekolah Islam berasrama, sekolah tingka SMP ini cukup maju sekarang. Sarana dan prasarana serta fasilitasnya cukup lengkap. Bahkan untuk Padang Panjang adalah sekolah swasta islam terbaik berakreditasi A.

 

Sekarang sekolah itu dimpin oleh yang lain.  Buya Abi menjadi Ketua Yayasan Wakaf Hikmah tadi. SMP Darul Hikmah punya keunggulan “pendidikan islam go global” . Bahasa unggulan di sini Arab, Inggris dan Mandarin. Dalam setiap tahun santri atau siswa magang di Tiongkok selama 1,5 bulan. Kecuali sekarang karena Pandemik Covid-19 itu ditangguhkan.

 

Perpaduan ulama dan praktisi ekonomi antara Buya Abi dan Buya Ali sangat sinkron. Apalagi komunikasi dan silaturrahim kreatif kedua orang itu dengan para usahawan sangat elok. Banyak tokoh di Padang Panjang yang bershaf dan berbaris  dalam amal usaha keumatan. Khusus untuk Masjid Raya Taqwa dan Kawasan Bisnis Muhammadiyah ini, semua komponen, pihak dan tokoh dapat dirangkul oleh kedua tokoh ini.

 

Para usahawan, wiraswastawan, pedagang, tokoh emas, tokoh masyaakat  dan  pemerintah, Wali Kota H.Fadly Amran ada di samping mereka.  Rentetetannya Wali Kota bergelar suku ibu Datuak Paduko Malano itu menghibahkan tanah Pemko 5,5 hektar kepada Rektor  Universitas Muhammadiyah (UMSB) pengembangan PTMA di Padang Panjang. Wako alumnus Universiatas Settle AS itu tinggi perhatian kepada Muhammadiyah.

 

Begitu pula   penguasaha nasional Founder dan Presiden Komisaris PT Paragon Technology & Innovation (PTI), pemilik  Kosmetik Wardah Dr. HC. Dra Hj Nurhayati Subakat. Beliau   menjadi tiang utama kemajuan Muhammadiyah di Pabasko. Nama ayah Ibu  Nurhayati H. Abdul Muin Saidi diabadikan menjadi nama hotel di Kawasan bisnis ini. Abdul Muin Saidi semasa hidup menjadi Ketua PDM Padang Panjang antara 1962-1966.



 

Tokoh berikut H Arnis Saleh Dt Malano Nan Jabang . Pengusaha dan Toko Emas Murni di Sumbar dan restoran, toko emas serta Money Changer di Jakarta telah  menjadi pilar utama pula. Pada setiap pembangunan yang ada di bawah kepimpinan Buya Abi, Angku Nan Jabang ini memberikan perhatian luar biasa. Di samping berbentuk dana, beliau menyediakan karpet seluruh lantai Masjid Raya Taqwa kualitas terbaik masa ini.

 

Tokoh dan usahawan di Padang Panjang. Di antaranya H. Nun Abadi dan PT. NPM. Juga PT. Risman Padang dan puluhan lainnya turut memikul beban pembiayaan. Belum lagi bantuan material dari tokoh yang tak mau disebutkan  nama jumlah nilai finansialnya, kecuali di dalam buku laporan panitia. Maka berdirilah Msjid Raya dan Kawasan Bisnis itu. Menurut laporan biaya pembangunan Kawasan ini sekitar 9 milyar. Menurut perkiraan Eska  lebih besar dari itu.



 

Semuanya ini  adalah berkat kharisma dan kepemimpinan Buya Abi bersama Sekretaris PDM yang berusia muda Indra Madi, S.Ag., M.Ag yang cekatan. Bersama dengan semua PDM, Majelis, PCM dan PRM serta Amal Usaha terutama yang berbabasis di Kauman, bersatu padu di bawah  kepemipinan Buya Abi. Hampir semua hal-hal yang berhubungan dengan manajemen praktis dan administrasi PDM ditangani oleh Indra Madi. Tentu semua atas arahan , wibawa dan mantagi  Buya.  ***

 

 

 

 

 

 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Irman Gusman dan Anjadi Gusman Bersama Ibu Aisyiah dan Nasyiatul Aisyiah Sumbar

Senang, Gembira dan Bahagia: Wakaf Prof. Dr. H. Sidi Ibrahim Buchari, M.Sc.