Shofwan Karim, Obituari Buya Mirdas Ilyas (1) Bayani, Sunnatullah, Takdir?

Shofwan Karim, Obituari Buya Mirdas Ilyas (1): Bayani, Sunnatullah, Takdir?

Buya Mirdas adalah Ketua PDM Padang Panjang Batipuh X Koto 2005-2010. Sejak  2015 adalah penasihat.

Alquran banyak memberi ingat tentang kematian. Kematian adalah salah satu hal yang pasti akan dihadapi oleh manusia. 

Saat kematian datang, jiwa akan terlepas dari raganya. Lahir-maut, jodoh dan rezeki adalah 3 hal yg menjadi takdir.  Dalam Islam  3 takdir itu yang menjadi rahasia dan hanya Allah SWT yang mengetahui, termasuk di dalamnya adalah kematian.

Ketika waktu kematian telah datang menghampiri, manusia tidak dapat menolak atau menghindarinya. Oleh karena itu, selama hidup di dunia, manusia harus selalu mengingat Allah SWT dan tidak terbuai oleh kenikmatan duniawi saja.

Dalam sebuah hadis, Rasulullah SAW berpesan, “Perbanyaklah olehmu dalam mengingat penghancur segala kelezatan dunia, yaitu kematian,” (HR at-Tirmidzi).

Firman Allah SWT  dalam beberapa ayat Alquran menyatakan kematian adalah hal yang nyata. Bukan  sebuah akhir, tetapi sebagai awal fase kehidupan yang baru. 

Meminjam epistimologi Al-Jabiri : Bayani, burhani dan irfani, (nash, nalar, dan hikmah), dalam epistimologi bayani, ayat dan hadis banyak mengelaborasi tentang kematian. 

Berikut ini adalah  beberapa ayat di Alquran yang membahas tentang kematian serta memuat nasihat dan pesan.

Di antaranya
QS. Ar-Rahman: 26-27

كُلُّ مَنْ عَلَيْهَا فَانٍ * وَيَبْقَى وَجْهُ رَبِّكَ ذُو الْجَلَالِ وَالْإِكْرَامِ

Semua yang ada di bumi itu akan binasa (26). Dan tetaplah kekal Dzat Tuhanmu yang mempunyai kebesaran dan kemuliaan (27).

QS. Al-Mulk: 2

الَّذِي خَلَقَ الْمَوْتَ وَالْحَيَاةَ لِيَبْلُوَكُمْ أَيُّكُمْ أَحْسَنُ عَمَلًا وَهُوَ الْعَزِيزُ الْغَفُورُ

Allah lah yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapakah di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun.

QS. Al-Anbiya: 34-35

وَمَا جَعَلْنَا لِبَشَرٍ مِنْ قَبْلِكَ الْخُلْدَ أَفَإِنْ مِتَّ فَهُمُ الْخَالِدُونَ

Kami tidak menjadikan hidup kekal bagi seorang manusiapun sebelum kamu. Maka jika kamu mati, apakah mereka akan kekal?. – (QS. Al-Anbiya: 34)

كُلُّ نَفْسٍ ذَائِقَةُ الْمَوْتِ وَنَبْلُوكُمْ بِالشَّرِّ وَالْخَيْرِ فِتْنَةً وَإِلَيْنَا تُرْجَعُونَ

Tiap-tiap yang bernyawa pasti akan merasakan mati. Dan Kami akan menguji kamu dengan keburukan serta kebaikan sebagai cobaan. Dan hanya kepada Kamilah kamu akan dikembalikan. – (Q.S Al-Anbiya: 35)

Sunnatullah atau takdir?

Pagi 03.35, Sabtu, 31 Juli 2021, sahabat Drs. H. Mirdas Ilyas, B.A. berpulang ke rahmatullah. Innalillah wa inna ilaihirajiun.

Setelah beberapa hari perawatan di RS Jamil Padang.  Sebelumnya puluhan pesan medsos mendoakan Buya cepat sehat kembali. Ada puluhan grup Muhammadiyah dan Alumni IAIN-UIN yang saya ikuti. 

Inilah sunnatullah. Orang lain menyebut takdir. Oleh Nurcholish Madjid ada beda antara  muda-tua; hidup dan mati; berbanding, api-membakar; air-membasahi.  Yg pertama disebutnya sunnatullah dan yg kedua disebutnya takdir. 

Yang pertama konsistensi; yang kedua adalah sebab-akibat. Tentu kita tak perlu berdebat dg almarhum Cak Nur itu. Wa Allahu a'lam.

Berpulangnya ke rahmatullah sahabat Mirdas dan siapapun, menurut Cak Nur sunnatullah atau bagi yg lain adalah takdir, dapat kita maklumi secara seksama.

Pada pokoknya setiap hari di grup WA berita kematian selalu ada. Terutama sejak hampir 2 tahun wabah corona ini. 

Disebut atau tidak asosiasi pikiran macam-macam. Ada yg berasumsi asal wafat di RS maka tafsirannya lantaran Corona. Padahal belum tentu. Yang pasti adalah sudah sampai ajalnya. (Bersambung)







Komentar

Postingan populer dari blog ini

Shofwan Karim, Obituari Buya Mirdas Ilyas (3): Satu Rumah-Posko Bersama

Sejarah Tahlilan