Telaah Singkat: Solusi Rasionalitas Berkemajuan Pengunduran Muktamar Muhammadiyah ke-48

Covid-19 telah meluluh-lantakkan ekonomi, pendapatan rakyat dan turunnya pertumbuhan ekonomi menjadi minus. Corporate dan perusahaan yang bangkrut. Pelaku ekonomi rakyat yang sumpek dan tertekan. Lapangan kerja menyempit dan pengangguran terjadi di mana-mana. Sosial, budaya, pendidikan menjadi kelabu. Berkali-kali lock-down, PSBB dan Protokol Covid telah membuat rakyat galau. Perubahan prilaku yang ceria menjadi murung. Pendidikan menjadi kocar-kacir. Anak-anak yang tinggal di rumah.  Belajar dari rumah. Pada teorinya disebut pola baru. Tetapi praktiknya hanya sebagian kecil yang mampu melaksanakannnya dalam batas minimal. Kelesuan  dan psiko sosial kerohanian dan suasana batin masyakat yang galau. Dan keadaan itu telah diprediksi pada awal Pandemi Covid oleh para petinggi negara dana tokoh ekonomi bahwa keadaan ini melebih krisis 1998. 

Tak kalah di situ terdapat Muhammadiyah menjadi sasaran musibah ini. Sebagai Organisasi Masyarakat Islam berusia lebih  satu abad, Muhammadiyah sudah biasa menghadapi masalah dinamika kehidupan bangsa. Betapapun membaranya masalah bangsa, Muhamamdiyah selalu keluar dengan solusi sehat, cerdas dan insya Allah memuaskan. Apa yang membuat hal itu demikian cantik dan memberikan konsistensi mencerahkan dan berkemajuan itu? Telaah ini khsusus secara singkat mendiskusikan pengunduran Muktamar Muhammadiyah ke-48. Muktamar yang sedianya sudah berlangsung pekan pertama Juli 2020 lalu, setelah melalui peroses yang berliku, akhirnya menjadi Juli atau tepatnya sesudah Idul Adha tahun 2020. 

Pertama, Muhammadiyah selalu taat konstitusi Anggaran Dasar-Anggaran Rumah Tangga (AD-ART) dan Peraturan Organisasi (PO). Di anataranya tiap keputusan yang strategis dan penting bukan hanya oleh Pimpinan Pusat (PP) tetapi melibatkan semua pemegang kepentingan persyarikatan. Semua dibicarakan kepada seluruh Pimpinan Wilayah, Majelis, Ortom, Badan, dan lembaga serta Amal Usaha Muhammadiyah (AUM) semua bidang.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Shofwan Karim, Obituari Buya Mirdas Ilyas (3): Satu Rumah-Posko Bersama

Sejarah Tahlilan