Cendekiawan Muslim yang Rajin Menulis

Dari Padang Koran Ekspres.

 Cendekiawan Muslim yang Rajin Menulis

Wartawan : Hijrah Adi Sukrial - Padang Ekspres 
Editor : Riyon
03 January 2016 11:24 WIB

Diempurnakan 7 Agustus 2020.

 

Shofwan Karim adalah salah satu kader Muhammadiyah yang menjelma jadi cendekiawan Muslim asal Sumatera Barat. Semuanya tidak terjadi begitu saja, namun melalui perjalanan panjang.

 

Shofwan Karim, 2019.

 

Di antara semua pengalamannya, ada satu yang membedakannya dengan aktivis, dosen dan cendekiaman Muslim lainnya, yaitu kemampuannya menulis.

 

Ketika berbincang dengan Padang Ekspres, dia mengatakan, dari sekolah dia sudah bercita-cita menjadi cendekiawan Muslim. Untuk mencapai itu, menurutnya dia harus bisa berbicara, bisa menulis, bisa memikirkan dan bisa melaksanakan.

 


 

“Jadi, taqwa itu tidak semata-mata beribadah dalam arti sempit, namun melalui tulisan pun kita bisa mendapatkan nilai ibadah, yaitu berdakwah melalui tulisan,” papar mantan Komisaris PT Semen Padang ini. 

 

Sampai sekarang, Shofwan Karim masih rutin menulis. Selain mengirimkan tulisannya ke media-media massa, dia juga memiliki website pribadi, yaitu www.shofwankarim.com. Website itu dikembangkannya sebagai tempat aktualisasi diri dan menampung tulisan-tulisannya.

 

Sebab, dia menyadari media massa tidak bisa terus-terusan menampung tulisannya. Padahal, hampir di setiap perjalanan yang dilakukannya ke dalam dan laur negeri, dia selalu menulis apa yang dialaminya dan dirasakannya. 

 

Sekadar diketahui, Shofwan Karim, anak dari Haji Abdul Karim (1927-2003) Bin Haji El-Hussein (1901-1962) Bin Haji Al-Thaat (1786-1956) Bin Haji Al-Du’a. 

Elha adalah singkatan dari gabungan beberapa nama kakek garis vertikal ke atas itu yang lahir dan berasal di Nagari Sungai Limau, Batang Asam, dulu Kecamatan Koto Baru Kabupaten Sawahlunto/Sijunjung, sekarang menjadi Nagari Sungai Limau, Kecamatan Asam Jujuhan, Kabupaten Dharmasraya, Sumbar.

 

Dulu dia pernah lama menggunakan kata Elha di belakang Shofwan Karim. Singakatan Elha terpaksa diubah ketika Shofwan ibadah Umrah ke Mekah 2014. Nama di passport harus 3 suku kata. Shofwan Bin Abdul Karim yang digunakannnya sejak 1980 sampai sekarang ke seluruh negara di dunia yang sudah dijalaninya, tidak berlaku.  Di Passport di anggap oleh konsuler suku kata Bin Abdul tak dianggap satu rumpun kata. Maka kata Elha yang dipakai dulu dipanjangkannya sesuai nama kakek atau ayah dari ayahnya, Elhussein. Maka di Passport khusus ke Saudi itu menjadi Shofwan Bin Abdul Karim al Hussain. Padahal ketika dia berhaji 1996 dan 2002 nama sebelum yang digunakannya untuk ke Mekah tidak berubah. Untuk perubahan itu, di Halim Perdana Kusuma ketika urus visa umrah tahun 2014 itu harus bayar 300 ribu rupiah. Nama itu ada ditulis ulang hanya untuk keperluan visa umrah tadi.

 

Dunia tulis menulis sudah digeluti Shofwan Karim sejak masih menjadi mahasiswa di IAIN Imam Bonjol, tahun 1970an.

 

Shofwan Karim, 2004


 

Dia ikut mendirikan Tabloid Suara Kampus dan menjadi redaktur Suara Kampus IAIN IB (1979-1981); Senat Mahasiswa Fakultas Tarbiyah dan Dewan Mahasiswa IAIN IB, kemudian BKK (1973-1980).

 

Selain itu, dia juga pernah menjadi Komandan Batalyon Resimen Mahasiswa Mahasakti IAIN IB Padang dan Kepala Staf Resimen Maharuyung Sumbar, (1974-1980).

 

Di luar kampus, dia pernah menjadi penulis di Majalah Panji Masyarakat (1982-1983), Amanah (1986) dan Harian Haluan, Semangat, Mimbar Minang, Padang Ekspres dan Singgalang sejak 1974 – sekarang.

 

Shofwan lahir di Dusun Sirih Sekapur yang waktu itu termasuk Sumatera Tengah, dan belum dikenal maka di dalam akte kelahiran dan ijazah menjadi lahir di Sijunjung pada 12 Desember 1952.


Ibunya Rahana (1936-1995) Binti Ibrahim Binti Nayan, juga lahir di Dusun Sirih Sekapur, Rantau Ikil, sekarang Kecamatan Jujuhan, Kabupaten Muara Bungo, Jambi. Dusun atau sekarang Desa Sirih Sekapur ini berbatasan dengan Sungai Rumbai, Kabupaten Dharmasraya, Sumbar.


Geneva, Swiss, Mei, 2013.

 

Menyelesaikan pendidikan, DR. (S3) Sekolah Pascasarjana (Graduate School) Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah, Jakarta, (2008) mempertahankan Disertasi, "Nasionalisme, Pancasila dan Islam sebagai Dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia (Studi Pemikiran Mohammad Natsir)" dengan Promotor Prof. Dr. Ayumardi Azra, M.Phil., MA. dan Prof. Dr. Badri Yatim, MA.

 

Sebelumnya menyelesaikan S2/MA Program Pascasarjana IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 1991; Drs. (Sarjana Lengkap) Fak Tarbiyah  IAIN Imam Bonjol, 1982; BA (Sarjana Muda), Fak. Tarbiyah IAIN IB Padang, 1976); Sekolah Persiapan IAIN IB Padang Panjang setingkat Madrasah Aliyah, 1971; SMP Negeri  V Jambi, 1968; Sekolah Rakyat Rantau Ikil,1965; Madrasah Ibtidaiyah Al-Hidayatul Islamiyah Sirih Sekapur, 1965. Menjalankan ibadah haji pertama 1996, kedua 2002 dan khusus umrah tahun 2014.



Sejak Maret 1985, dia menjadi dosen tetap, Lektor Kepala pada Fakultas Ushuluddin IAIN Imam Bonjol Padang sejak Maret 1985 sampai dengan sekarang.


Rektor Universitas Muhamamdiyah Sumbar (UMSB) 2010-2014 dan 2006-2010; PJ. Rektor UMSB 2001-2002; Pj. Rektor UMSB, 2005; Dosen Perkembangan Moderen di Dunia Islam, Perkembangan Pemikiran Islam Indonesia; Perkembangan Pemikiran Islam Minangkabau; Filsafat Politik dan Orientalisme, semua di Fakultas Ushuluddin 

IAIN Imam Bonjol Padang.



Batipuh X Koto Singkrak, Shofwan Karim, 2017

 

Dalam menjalani karir sebagai akademisi, dia pernah menjadi staf pengajar luar biasa bersama Joke Van Rinen (Vrij Universiteit, Belanda) untuk Mata Kuliah  Sosiologi Agama; Antropologi Agama; Manusia dan Kebudayaan Afrika, 1985-1987 Program Sosiologi-Antropologi Universitas Andalas.

 

Sampai sekarang Dosen Mata Kuliah Sejarah Pemikiran Islam, Pascasarjana UMSB. Dosen Kolej Islam Muhammadiyah Singapura sejak 2002. 

Di bidang organisasi, dia dipercaya menjadi Sekretaris ICMI Orwil Sumbar (2007-sekarang); Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Sumbar 2000-2005 dan Penasihat PW Muhammadiyah Sumbar 2010-2015 dan kembali menjadi Ketua PWM 2005-2010. 

 

Diangkat pemegang saham Menteri BUMN sebagai Dewan Komisaris PT Semen Padang 2010-2015 dan 2005-2010. Diangkat menjadi Ketua Tim Seleksi Anggota Komisi Pemilihan Umum Provinsi Sumbar, 2008. Diangkat menjadi Anggota Tim Seleksi Anggota Badan Pengawas Pemilu Sumbar, 2013. 

 

Terpilih menjadi Vice President of International Islamic Confederation of Labour (IICL), Geneva, Swiss; Casablanca, Maroko; Kairo, Mesir: Kualalumpur, Malaysia (2005-2010); Diundang menjadi Participant of US Government of International Visitor Leadership Program on Grassroot Democracy, San Francisco, CA;  Washington, DC.; Portland, Maine; Huntsville and Birmingham, Alabama; Santa Fe, New Mexico;  and Seattle, WA. (May-June 2005);

Shofwan Karim Diangkat menjadi Ketua Badan Pengawas Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) Kota Padang, 2009-2014. Diangkat menjadi Sekeretaris Badan Wajaf INS Kayu Tanam, ketika Ali Akbar Navis (AA Navis) sebagai Ketua Yayasan pada tahun 1992-1997.

 

 

Selain itu, Shofwan Karim juga pernah menjadi Anggota DPRD Sumbar. Dia terpilih melalui Pemilu 1992 sebagai anggota DPRD Provinsi Sumbar 1992-1999.

Dalam melaksanakan tugasnya dia pernah melaksanakan kunjungan Kerja DPRD Sumbar ke Malaysia, Malaysia, Thailand, RRC, Hongkong dan Macao 1995. Kunjungan social budaya sebagai anggota DPRD Provinsi Sumbar ke Belanda, Belgia, Luxemburg, Inggris, Prancis, Spanyol, Italy, Swiss, dan Jerman, dan mengikuti World Constitution and Parliament Association, Barcelona, September 1996.

 

“Saya juga menjadi anggota delegasi Chapter Indonesia pada World Conference on Religion and Peace, di Vatican, Roma, dan Riva del Garda, Italy 31 Oktober-11 November, 1994,” ujarnya.

 

Pada akhir 2015 ikut  Yayasan. Bersama H. Irman Gusman, S.E., M.B.A. (Ketua DPD RI 2009-2016) teman-teman lainnya seperti Prof Dr. Mestika Zed (Alm), Hasril Chaniago, Dr. Yulizal Yunus, Darman Moenir (alm) Eri Mefry (Ladang Nan Jombang) Eko Yanche Edrie, Alwi Karmena, Ibrahim Ilyas, mereka mendirikan  Yayasan Pusat Kebudayaan Minang . Oleh karena ada yang wafat maka yayasan itu sedang dalam proses pembaruan Pembina dan Pengurus.

 

Pada 2015-2016 Shofwan menjadi tim ahli DPD RI dari Sumbar dan pada 2018-2020 menjadi Tim Ahli-Dewan Pakar DPRD Provinsi Sumbar. Sejak 2015-2020 menjadi tenaga ahli BIMTEK DPRD Kota dan Kabupaten Sumbar.

 

Setelah pensiun dari Dosen UIN IB Padang 1 Januari 2018, kini dia semata-mata  mengurus Muhammadiyah sambil tetap menulis di blog dan web-nya. Sekaligus dengan itu, Shofwan Karim bertekad mengajak kader-kader Muhammadiyah untuk menjadi penulis aktif. Caranya, dengan melakukan pelatihan menulis secara konsisten dan berkesinambungan.Dengan demikian, kader Muhammadiyah bisa menyampaikan gagasan dan kritiknya melalui tulisan.

 

Baik melalui media massa maupun melalui media sosial. “Kita juga telah rangkul tokoh-tokoh media massa untuk melaksanakan dan menggairahkan dunia tulis-menulis. Bahkan mereka kita ajak menjadi anggota Muhammadiyah,” paparnya.

 

Rencananya bila selesai menjadi Ketua PW Muhammadiyah periode ini, dia akan terus menulis dan mendorong kader serta ikut semua warga Muhammadiyah untuk mencerahkan, memajukan secara berkelanjutan dalam persyarikatan ini dari posisi non-struktural. ***

 

 

 

 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Shofwan Karim, Obituari Buya Mirdas Ilyas (3): Satu Rumah-Posko Bersama

Sejarah Tahlilan