Satu Lagi Pendidikan Islam Terpadu Muhammadiyah 50 Kota

-

 













Sarilamak, 50 Kota, 1 Agustus 2021 (Muhammdiyah-13-Admin)

Paling menonjol ada  tiga ikhtiar dunia kependidikan PDM 50 Kota yang sedang bergairah tinggi. Pondok Pesantren Al-Kautsar, Pendidikan SD Islam Terpadu. Sekarang ditambah satu lagi, pendidikan Islam SLP-SLTA-Pesantren Terpadu yang diletakkan batu pertama pembangunannya Senin 23 Dzulhijah 1442 H/01 Agustus 2021 M, 

Komplek Perguruan Muhammadiyah ke-3 ini terletak di Kandang Lamo Sarilamak Kabupaten Limapuluh Kota. Merupakan  tanah wakaf keluarga Darmijas Darwis. Seorang tokoh 50 Kota pensiunan Chevron Riau yang tinggal di Pekanbaru. Proses penyerahan tanah sudah dilakukan  kepada Muhammadiyah beberapa waktu lalu.  Luasnya lebih dari 1,5 hektar. Tepatnya 15.873 M2. 

Menurut informasi, penyerahan tanah wakaf itu sepenuhnya untuk memajukan pendidikan Islam dan gerakan Islam berkemajuan di bawah payung Muhammadiyah. Di situ mulai berdiri satu komplek pendidikan Islam terpadu dengan fasitas pendukung. Di samping ruang belajar ada fasilitas ibadah, Masjid dan ruang pertemuan, laboratorium kimia dan Bahasa. Asrama santri putra-puri,   rumah ustaz dan ustazah. Rumah singgah tetamu. Lapangan luar olahraga dan sport hall dan lain-lainnya.

Tahap awal keluarga Darmijas Darwis sudah menghibahkan bantuan untuk pendirian fasilitas awal beberapa lokal belajar sebesar Rp 500 juta. Diperkirakan nanti akan memakan biaya yang cukup besar.Sekarang panitia pembangunan sedang menyusun anggaran pembangunan lebih rinci  dan segera akan diumjumkan kepada masyarakat luas terutama warga Muhammadiyah di manapun berada. Pada saatnya semua bantuan akan digunakan untuk mambangun tujuan mulia ini.

Hadir pada acara peletakan batu pertama itu bersama  keluarga Darmijas Darwis adalah Bupati 50 Kota H. Safarudddin, S.H. Dt. Bandaro Basa. Dari PWM hadir Wakil Ketua dan Bendahara serta Sekretaris PWM,  H. Solsafad, AMD., S.Pd.I., M.A  dan Drs. H, Abdul Rahman Chan serta Drs. H. Nurman Agus

Hadir, Ketua PDM 50 Kota Dr. H. Afifi Fauzi Abbas, M.A dan Ketua PDM Kota Payakumbuh Drs. H. Ashril Syamsu bersama Pimpinan Derah Muhammadiyah  bersama Ketua Ortom kedua Daerah tersebut.

Hadir pula Dinas PUPR dan Dinas  Sosial, Camat, Wali Nagari, dan tokoh masyrakat setempat serta dinas, badan dan lembaga lainnya tingkat kabupaten dan kota. 




Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Shofwan Karim, Obituari Buya Mirdas Ilyas (3): Satu Rumah-Posko Bersama

-
Gambar
Shofwan Karim, Obituari Buya Mirdas Ilyas (3):  Satu Rumah-Posko Bersama Saya, Abdul Hadi, Syar'i tinggal ngekos di kediaman Bp Jamaan-Ibu Djus di Bukitsurungan. Tinggal di rumah pasangan Direktur-isteri yang guru SP-IAIN ini  sangat nyaman. Abdul Hadi dari Rantau Ikil pindahan Thawalib langsung tingkat 3 di SP. Syar'i dari Dusun Panjang, guru Thawalib yg sedang selesaikan kuliah di FU Padang Panjang. Keduanya senior saya. Senang tinggal dengan Direktur, Guru dan senior. Ada yg bimbing belajar dan tempat bertanya. Keadaan itu tak lama. Anak saudara Ibu Djus, dua remaja perempuan bergabung di rumah itu. Satu dari Kampungnya Kotolaweh, Yennita,  sekolah di SPG Padang Panjang. Satu lagi Nona Stefin Uring dari Manado, masuk SMP 1. Padahal sebelumnya sudah ada Umi, ibunda Bu Djus. Adiknya, Anwar yg sekolah di STM. Ada putri-putra mereka Fairuz (pr), Elwisyam(lk) dan Mirfad (pr) yang masih kanak-kanak.  Meski rumah itu cukup besar, tetapi kamarnya
Baca selengkapnya

Sejarah Tahlilan

-
SEJARAH LAHIRNYA TAHLILAN DALAM UPACARA KEMATIAN, KHUSUSNYA DI TANAH JAWA, INDONESIA. Oleh: Sangadji EM (Tulisan ini tdk bertujuan utk menohok pihak tertentu, tapi sebagai kajian ilmu agar kita paham sejarah lahir'y Upacara Tahilan)K Perintis, pelopor dan pembuka pertama penyiaran serta Pengembangan Islam di Pulau Jawa adlh Para Ulama/Mubaligh yg berjumlah sembilan, yg populer dgn sebuatan Wali Songo. Atas perjuangan mereka, berhasil mendirikan sebuah Kerajaan Islam pertama di Pulau Jawa yg berpusat di Demak, Jawa Tengah. Para Ulama yg sembilan dlm menyiarkan dan Mengembangkan Islam di Tanah Jawa yg mayoritas penduduk'y Beragama Hindu dan Budha mendapat kesulitan dlm membuang Adat Istiadat Upacara Keagamaan lama bagi mereka yg telah Masuk Islam. Para Ulama yg sembilan (Wali Songo) dlm menanggulangi masalah Adat Istiadat lama bagi mereka yg telah Masuk Islam terbagi menjadi dua aliran yaitu ALIRAN GIRI dan ALIRAN TUBAN. ALIRAN GIRI adlh suatu aliran yg di pimpin oleh Raden
Baca selengkapnya