Obituari Thamrin KN ,(2): Bakhtiar, Beliau Tokoh Gigih dan Inspiratif


Tamrin KN:
Tokoh Muhammadiyah Gigih dan Inspiratif
Oleh: Bakhtiar  




“Ananda Gerakanlah Muhammadiyah ini dengan keikhlasan dan ketulusan, jaga dan pelihara komitmen bersama yang telah dibangun sebelumnya dengan kawan-kawan di tengah kehidupan hedonisme saat ini.” 
==Tamrin KN==

Hari ini, Kamis 5 Agustus, kita warga Muhammadiyah secara khusus kembali kehilangan tokoh, yang gigih dalam menggerakan persyarikatan ditingkat cabang dan ranting.

 Satu bulan lalu saya, bersama kakanda Amora Lubis, kakanda Ki Jal Atri Tanjung, kakanda Subhan Lubis dan adinda Hendri Novigator meresmikan salah satu cabang dan ranting Muhammadiyah yang baru terbentuk di Pasaman Barat sekaligus memberikan motivasi dan dukungan kepada pimpinan persyarikatan cabang dan ranting dimaksud. 

Kami baru pulang dari lokasi hampir waktu Isya. Beliau hadir dengan penuh semangat, tetapi dari raut wajah beliau sudah tampak agak keletihan. Sambutan beliau sangat memberikan semangat meskipun sudah dibimbing oleh panita menuju mimbar. Pengukuhan pimpinan cabang dan ranting sendiri beliau serahkan kepada kakanda Mizlan sebagai sekretaris PDM.

Di sela-sela kegiatan bersejarah ini, saya duduk sangat dekat dengan beliau. Lengan baju saya ditarik agar mendekat lagi. Ada sesuatu yang ingin beliau sampaikan tampaknya. Saya pun mendekat duduknya lalu beliau berbisik kepada saya mengatakan seperti kutipan di atas.
 
Setelah peresmian dan pengukuhan selesai, kami pun dibawa ke rumah salah seorang pimpinan cabang. Di sana sudah berkumpul semua anggota pimpinan cabang dan ranting untuk menerima pencerahan dari rombongan yang datang dari wilayah dan daerah terutama dari kakanda Sobhan Lubis dari sisi ketarjihan, kakanda Ki jal Atri Tanjung dari sisi penguatan keorganisasian cabang dan ranting serta adinda Hendri Novigator dari sisi penguatan ekonomi persyarikatan.

 Kami semua duduk melingkar. Saya kembali ditarik agar duduk di samping beliau. Pada saat yang sama beliau menarik lengan baju saya agar lebih mendekat lagi. Ketika itu, beliau masih membisikan dengan ungkapan dan maksud yang sama dengan kutipan di atas.

Sepulang dari Pasaman Barat, membuat saya menjadi penasaran dari pesan beliau ini. Dalam hati saya, saatnya akan ditanyakan secara langsung kepada beliau. Pada pertemuan dan konsolidasi cabang Muhammadiyah se Pasaman Barat seminggu yang lalu bermaksud benar untuk menanyakannya, tetapi beliau tidak hadir karena menurut kakanda Mizlan beliau dalam keadaan dirawat di rumah.  

Kamipun tidak sempat untuk menjenguk beliau ke rumah karena sebelumnya sudah diagendakan pula pertemuan dengan cabang Muhammadiyah Kinali untuk mendengarkan laporan dan meninjau perkembangan pembangunan sekolah dan pondok pesantren yang akan dibangun. 

Hari tadi, ada “WA” masuk yang dijapri ke saya mengucapkan innalillah wainna ilaihi rajiun dari salah seorang pimpinan dan aktivis Muhammadiyah daerah yang mengagetkan bahwa beliau sudah mendahului kita. 

Tersontak dan langsung teringat pesan beliau ini. Secara pribadi sayapun tidak bisa ikut datang ke Pasaman karena ada pekerjaan yang berhubungan dengan masa depan orang yang tidak dapat ditinggalkan dan digantikan oleh orang lain.  


Secara khusus, pesan ini bagi saya sangat dalam maknanya meskipun belum sempat menanyakan latarbelakang pesan tersebut kepada beliau. Sebab, sejak setahun yang lalu komunikasi saya dengan beliau berlangsung cukup intens terutama mendiskusikan tentang dinamika dan gerak persyarikatan sekarang dan ke depan. Beliau termasuk salah seorang tokoh yang sangat gigih dan sekaligus menginspirasi untuk terus mengkonsolidasikan persyarikatan di tingkat cabang dan ranting. 

“Selamat jalan bapak Tamrin KN. Bapak sudah mencontohkan kepada kami yang aktivis muda untuk terus memberi makna dan mentasarufkan kebaikan. Semoga Allah mengampuni dosa dan kesalahan serta menempatkan bapak di Syorga Jannatun Na’im.” Amiin


Link lain: 

https://minangkabaunews.com/ketua-pdm-pasaman-barat-buya-thamrin-kn-meninggal-dunia-muhammadiyah-berduka



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Shofwan Karim, Obituari Buya Mirdas Ilyas (3): Satu Rumah-Posko Bersama

Sejarah Tahlilan