Ke Solok Selatan Berbagi Empati














One Muhammadiyah one Respond


Sangir Balai Janggo, 2/3/2019.
Empati, kata pakar psikologi semacam suasana hati.  Tumpahan jiwa yang membuat seseorang merasa atau mengidentifikasi dirinya dalam kecamuk perasaan atau pikiran yang sama dengan orang atau kelompok lain. 


LPB MDMC Muhammadiyah mengantarkan  makanan pokok, makanan tambahan dan tenda. Berasal dari bantuan berbagai pihak melalui Lazismu Sumbar dan Kantor Layanan Lazismu Masjid Taqwa Muhammadiyah Sumbar.  


Rombongan diiringi Yayasan Budhi Tzu  Chi yang selalu bekerjasama dengan MDMC sejak beberapa tahun dalam layanan  kemanusiaan  penanggulangan bencana. 





Adalah gempa bumi dengan Magnitudo 6,3 yang terjadi pada Kamis (28/2/2019) lalu di Solok Selatan yang membuat perasaan remuk redam. 

Di dalam suasana hati empati itu, rombongan menuju Solok Selatan. Posko Utama Bencana di Kantor Camat Sangir Balai Janggo, mencatat   504 unit rumah rusak. Reruntuhan bangunan menimpa dan melukai 55 orang warga sehingga memaksa mereka harus menjalani perawatan puskesmas dan rumah sakit.

Lokasi cukup sulit untuk diakses. Berangkat pk 08.00 pagi,  rombongan 20 orang dengan 4 mobil dan satu Strada MDMC melaju dari GDM (Gedung Dakwah Muhammadiyah) Sawahan 62 Padang (GDM 62). Baru sampai di Padang Aro, 161 km dari Kota Padang  lewat waktu zuhur. Di sebuah Masjid rombongan shalat zuhur setelah melewati Pusat Pemerintahan Kabupaten Solok Selatan itu.

Dari Masjid Takakonina kami ke Taluan Maju. Hari sudah pk 17.00. Lokasi pertama yang dikunjungi ini menyimpang ke kiri dari Lubuak Malako. Menempuh jalan tanah, sebagian berbatu dan dekat Taluan sudah beraspal bagus. 

Kami langsung melihat reruntuhan rumah korban. Ada pula rumah yang tidak runtuh tetapi sudah rusak berat. Penghuni pindah ke bagian lain belakang rumah semacam dapur. Mereka tak berani berada di dalam rumah.

Di Taluan Maju santunan untuk korban dibagikan di lokasi dan sebagian diturunkan di kantor Wali Nagari.

Tidak semua  korban dan rumah yang dapat kami iakses karena berserak di berbagai lokasi dan tidak mungkin mobil masuk ke situ. 

Pada lokasi kedua, Sungai Kunyit, kelihatannya kerusakan lebih banyak. Berjarak beberapa kilo meter dari Lubuk Malako, melewati jalan di tengah kebun sawit,  ada beberapa Posko Bencana. Ada  posko resmi ada pula posko masyarakat. 

Kami langsung menuju bebepa lokasi bangunan dan rumah yang rusak berat dan ringan. Mobil berisi bantuan dan rombongan bertemu jembatan gantung kayu. Menurut beberapa orang yang berdiri di situ tidak mungkin mobil bantuan lewat di atas jembatan yang berayun-ayun tersebut. 

Kami  berjalan kaki di atas jembatan kayu yang berayun-ayun itu dan naik ke beberpa  bukit. Di situ beberapa rumah rusak berat.  Penghuninya tidak ada. Menurut keterangan beberapa yang ada di sekitar itu, penghuni rumah sudah ngungsi.

Pada bukit lain, kami melihat rumah yang rusak pula. Di samping rumah lapangan terbuka ada tenda petugas BMKG yang memonitor perkembangan gerakan gempa pasca peristiwa dua hari sebelumnya.

Mereka mengatakan insya Allah gerakan semakin rendah, meski pada sebelumnya ada bunyi ledakan yang agak besar. Katanya karena sumber gempa pada bawah permjkaan tanah yang dangkal. Satu di antara petugas itu mengatakan tetap waspada tetapi diperkirakan aman.

Setelah peninjauan lapangan rombongan menuju Posko BNBP. Di situ ada bebera penduduk yang tidak berani pulang ke rumah. Bantuan yang sudah disiapkan diturunkan semua di Posko ini.


Itulah yang selalu dilakukan oleh Muhammadiyah melalui Lazismu dengan ujung tombaknya LPB MDC. Dengan motto one Muhammadiyah, one respond.  Sabtu, 2 Maret 2019 lalu. 

Di dalam pengalaman berkali-kali MDMC turun dalam penanggulanagn bencana dan layanan kemanusiaan ini ada beberapa catatan. Di antaranya perlu terus menerus MDMC membina, mendidik dan menggairahkan SDM tim lapangan dan manajemen.

Sebelum turun harus selalu di dahului tim assesment. Untuk ini perlu kenderaan cepat motor trail roda dua yang dapat merayap ke segala lokasi tanpa gangguan. Tidak harus terhenti assesment karena  tidak  adanya jalan untuk kenderaan roda 4. 

Selanjutnya perlu gudang permanent untuk stock bantuan seperti PMI Sumbar dan Yayasan Budhi Tzu Chi. Dua lembaga terakhir mempunyai stock bantuan yang setiap 3 bulan diperiksa. Mana yang sudah hampir expired, dikeluarkan sehingga ketika tiba-tiba ada musibah, maka bantuan tidak ada yang kedaluwarsa. 

Sekarang MDMC paling kurang perlu waktu 2 hari untuk kumpulkan bantuan dari masyarakat dan donatur baru langsung turun ke lokasi menyerahkannya. Itulah beberapa hal yang harus dicarikan solusinya oleh Muhammadiyah secara keseluruhan dan khususnya Lazismu LPB MDMC. *** (SK)













Komentar

Postingan populer dari blog ini

Shofwan Karim, Obituari Buya Mirdas Ilyas (3): Satu Rumah-Posko Bersama

Sejarah Tahlilan