Butuh Ulama Istiqamah

 



BUTUH ULAMA ISTIQAMAH

Oleh Mansur Anwar

Sdrku, akhir2 ini melalui WA terutama, kita sering disuguhkan narasi2, pidato atau ceramah keagamaan dan kebangsaan . Kita sering berbeda dlm menyikapi materi yg disampaikan termasuk gaya/style yg dipertontonkan oleh pematerinya. Ada yg menyukai ulama sejuk tapi adapula yg mengidolakan ulama garis keras . Sebagian umat ada yg tdk simpati malah membenci terhadap ulama yg dianggap garis keras. Kita tentu menyadari bahwa ulama adalah Warasatul Anbiyak (pewaris Nabi) dan harus proporsional dlm menyikapi metode dakwah yg ditampilkannya.

Sdrku, dari segi bahasa  istilah "ulama" panas atau garis keras tentunya kurang tepat utk dikembangkan apalagi  yg kita maksudkan adalah ulama Istiqamah dg keyakinan agamanya. Salah seorang yg mungkin bisa kita jadikan referensi adalah Buya HAMKA. Beliau ulama yg SEJUK tapi punya karakter yg amat kokoh tak bisa di tawar2 bila itu menyangkut hal2 prinsip dlm Islam. Dizaman Orde Lama beliau sangat keras menolak kebijakan pemerintah ttg Nasakom. Beliau di buly habis2an setiap hari di media masa yg dipelopori oleh Pramudya Anantatur dan dipenjarakan selama 2 tahun 4 bulan. Tak ada demo dari umat Islam termasuk dari warga Muhammadiyah.  Di zaman Orde Baru beliau mundur dari Ketua Umum MUI PUSAT ketimbang mencabut fatwanya ttg larangan umat Islam (haram hukumnya) merayakan Natal.

Sdrku, sa'at ini kita butuh ulama yg sejuk berwawasan luas khususnya ttg syara' sekaligus Istiqamah. Dambaan kita adalah ulama yg berprinsip "Sampaikan kebenaran kpd semua orang termasuk pejabat negara baik Eksekutif, Legislatif maupun Yudikatif. Dakwah itu disampaikannya dg cara2 elegan sesuai petunjuk Alquran dan Sunnah Rasul SAW yakni dg bijaksana, berisikan pelajaran yg baik serta dg dialog yg ber-Akhlaqul karimah sehingga menyentuh qalbu bagi setiap audien/objek dakwahnya.

Mudah2an bermanfa'at

Wassalam. Mansur Anwar PDM Padang

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Shofwan Karim, Obituari Buya Mirdas Ilyas (3): Satu Rumah-Posko Bersama

Sejarah Tahlilan