Literasi Sejarah Lokal Muhammadiyah: Obituari H. Zamzainir, S.H., Santun, Tegas dan Teladan Warga
Buya H. Zamzainir, S.H. Ketua PDM Pessel, 6 April 1954-29 Juli 2020 dan Peletakan Batu Pertama Gedung Panti Asuhan Muhammadiyah di Painan bersama Bupati Hendra Joni, 6 Juli 2020
Foto: Drs. H. Nurman Agus dan Internet.
Literasi Sejarah Lokal Muhammadiyah:
Obituari Zamzainir, S.H., Santun, Tegas dan Teladan Warga
Oleh Shofwan Karim
Kalimat istirja’ spontan dari bibirnya. Innalillahi wa inna ilaihirjiun. Potongan QS. al-Baqarah, 2: 165 itu tak putus-putus berderet di screen WA. Mulai tadi, mendekati tengah malam. Matanya tak lelap menatap chat semua grup Muhammadiyah. Aisyiyah. Muhamamdiyah Sumbar Top. AMM. Fokal IMM, PWM 13. Shilatul Fikri. Majelis Dikdasmen. MPS. MWK. Mentari Bersinar. Forum PWM-PDM. PWM+PDM+Ortom dan berbilang grup WA dan pribadi.
Yang pertama datang dari Sekretaris PWM Drs. H. Nurman Agus. Rabu 29 Juli 2020-8 Zulhijjah 1441 pukul 22.46. Ujung hari mendekati pergantian berdirinya Muhammadiyah 111 tahun lalu. Sampai tulisan ini ditulis, Kamis hari ini , yaumul arafah, chat itu sambung bersambung. Telah berpulang ke rahmatullah, Buya Zamzainir, SH, Ketua PDM Pesisir Selatan, 2015-2020, di RSD Painan sekitar pukul 10 tadi malam.
Eska terperanjat tak terkira. Langsung angkat telepon ke nomor almarhum. Di angkat putri Buya Zam, begitu beliau biasa dipanggil. Kemudian langsung gadget itu pindah tangan. Berbicara dengan isteri almarhum, lebih kurang 25 menit
Pikiran Eska melayang. Akhir Juni kemarin, Buya Zam yang lahir di Batang Kapas, 6 April 1954 ini berteleponan. Menyatakan bahwa Bupati atas nama Pemkab Pessel menghibahkan tanah 890 m2 untuk Panti Asuhan Muhammadiyah (PAM) di Painan. Hati Eska melonjak. Ini artinya menambah jumlah Panti Asuhan Muhammadiyah dan Aisyiyah menjadi 49 di seluruh Sumbar.
Buya Zam melanjutkan. Tempatnya di di Rawang , Kecamatan IV Jurai. Lebih dari itu Buya meminta Ketua PWM untuk hadir dan memberi sambutan 6 Juli 2020. PAM itu akan menelan biaya 2,4 M. Belakangan diketahui sudah terkumpul dana 750 juta dari para dermawan, di antaranya 100 juta dari pribadi Bupati. Tentu Eska tidak bertanya soal Gedung Dakwah dan Kantor PDM Pessel yang sudah ditegakkan pula plang pendiriannya oleh Ketua PWM, 2 tahun lalu.
Apakah sudah selesai atau belum. Hal yang sama terjadi di Sijunjung. Ada Gedung Dakwah AS Maarif dan Kantor PDM yang sudah diletakkan batu pertama pembangunannya, tetapi sampai hari ini belum rampung bahkan di desain ulang.
Di Padang menurut Ketua PDM H. Maigus Nasir, S.Pd.I ada lagi Gedung Dakwah dan Kantor PDM yang tanahnya diwakafkan warga dan akan segera pula dibangun. Boleh dikata, hampir semua PDM, dan sebagian PCM mempunyai gedung lama atau atau baru dan yang sedang dikerjakan. Bahkan ada yang terbengkalai karena belum cukup dana.
Selanjutnya Buya Zam waktu dalam telepon bertutur. Pada hari yang telah direncanakan (dan sudah terlaksana pada tanggal di atas) diadakan upacara resmi peletakan Batu Pertama Panti. Bupati AKBP H. Hendrajoni, S,H., M.H., Datuak bando Basau, Bersama Pejabat Kabupatan dan undangan lainnya, insya Allah hadir. Ini diharapkan betul Ketua PWM yang menyaksikan , kata beliau.
Dada Eska berdegup. Apa jawaban. Pada hal sebelumnya pelantikan Kepala SMKM di Sumanik Tanah datar sudah didelegasikan kepada PWM yang lain. Waktu itu Sekretaris PWM dan Majelis Dikdasmen yang hadir. Dan sewaktu Ketua PDM Tanah Datar Drs. H. Yuliasman memberitahu hal itu, Eska menjawab bahwa Ketua tidak bisa secara fisik perorangan hadir.
Belakangan Buya Yuliasman kecelakaan kenderaan roda dua. Sewaktu beliau di Rumah Sakit M Jamil, Eska langsung telepon menanyakan peristiwa kecelakaan itu. Akibat tabrakan tadi Buya Yulaiasman cedera . Kaki patah tiga dan dioperasi. Asrtaghafirullah. Meski begitu, acara di SMK Sumanik tidak terganggu. pelantikan Kepala SMK tetap jalan.
Kembali ke Buya Zam. Eska meminta maaf karena secara fisik tidak bisa hadir. Pada waktu yang ditentukan itu sedang di luar Sumbar. Dan Ketua PWM akan mengirim pimpinan yang lain. Semula beliau bersikeras. Meminta Ketua hadir. Tetapi Eska mengatakan bahwa Ketua hadir, tetapi bukan personnya. Yang hadir adalah di antara pimpinan yang 13. Kita menganut prinsip kepemimpinan kolektif-kolegial. Artinya antara ketua dan pimpinan yang lain secara personal lebur di dalam kebersamaan sistem.
Ketika Buya terus mendesak, terpaksa dijelaskan lagi. Eska sejak 23 Maret belum boleh ke Padang. Masih terkurung protocol Covid-19 di rumah putrinya di Ciputat Jakarta. Semua urusan Muhammadiyah ditaja via online, whatsapp, daring, audio-vidio call serta webinar zooms dan internet. Menyangkut hal yang perlu kehadirin fisik ditampilkan anggota PWM yang 12 lainnya yang beberapa di antaranya berusia di bawah 60 tahun bahkan ada yang antara 40-50 tahun yang imunitas tubuhnya tak diragukan.
Kepemimpinan Muhammadiyah bukanlah personal tetapi kebersamaan. Di dalam acara-acara resmi, siapapun yang hadir, itulah ketua. Secara tidak sadar Eska telah menyingkap hal mendasar dalam orientasi kepemimpinan Muhammadiyah dari orang perorangan kepada kebersamaan. Tetapi semua prosesi harus dimusyawarahkan dan pada hal-hal umum dan mungkin khusus, ditaja dan disutradarai oleh Ketua.
Di dalam aktualitasnya, tidak semua kolektifitas menunjukkan kemampuan yang solid luar-dalam. Dalam keadaan begitu, ketua harus kokoh, punya integritas tinggi, peka, randah hati, lapang dada, komunikatif dan tahan banting. Tidak ada penonjolan orang perorangan. Di satu sisi kiat ini mungkin dapat disebut kekuatan. Di sisi lain mungkin ini kelemahan. Dikatakan kekuatan, karena ketua sebagai dirijen orchestra harus konsisten dan konsekuen menyelaraskan operasional persyerikatan.
Menjaga ritme dan nafas organisasi. Memelihara harmoni dan irama yang ditayangkan. Bila ada alat “musik” atau “pemusik” yang tidak berbunyi sesuai irama, harus turun memperbaiki. Tetapi ada juga alat musik yang berbunyi sendiri Kalau ditanya ini iramanya, apa? “Pemusiknya” senyum atau malah diam, dan tidak jarang yang kelihatan kurang berkenan. Yang tersebut terakhir masih lumayan, “musik” tetap berbunyi.
Menghadapi itu semua, perlu pemimpin dengan karakter tokoh yang kuat. Inspirator, motivator, dinamisator, stabilisator dan sekaligus inisiator pengerak langsung. Meski ada pimpinan di bantu oleh majelis, lembaga dan badan ditambah ortom. Namun delegasi wewenang sebagai ditanfizkan pada job diskripsi tidak otomatis berkerja. Kenyataannya tidak setiap pimpinan seara personal punya tanggungjawab kordinasi dan insiasi berjalan optimal
Hal lain, tentu saja ada kelemahannya. Menyebut kolektif-kolegial kadang tinggal teori. Di dalam pelaksanaannya sering berbenturan. Masih ada yang ingin menonjolkan diri. Atau kalau tidak merasa bermanfaat untuk dirinya, tenang saja. Ada yang lain mengerjakan.
Repotnya kata pimpinan tetap melekat meski yang bekerja anggota pimpinan yang lain dan dia diam. Meski sudah dibagi di dalam diskripsi tugas, tetapi tetap tidak jalan. Maka di kala itu ketua atau pemimpin pertama harus tekun, santun dan tegas. Mesti ambil alih.
Buya Zam yang lahir di Batang Kapas 6 April 1954 ini adalah salah seorang yang bergumul di dalam panorama kemimpinan Muhammadiyah di daerahnya. Integritas kepimpinan beliau terlukis dalam apa yang dilakukannya. Kepandaiannya berkomunikasi, kesantunan dalam bertutur, dan kokohnya di dalam prinsip, menjadi catatan khusus.
Maka pantaslah banyak agenda wilayah yang ditawarkan ke Daerah, di antaranya beberapa ditempatkan di Pesisir Selatan. Itu semua menuai sukses. Misalnya, Rapat Pimpinan Muhammadiyah Sumbar, 6-8 Oktober 2017. Dihadiri dan menjadi peserta semua 19 PDM se-Sumbar dan PCM Se-Pessel serta tokoh Muhammadiyah, Aisyiyah dan Ortom Sumbar serta PP Muhammadiyah. Mereka tumpah di kompolek atau kampus Madrasah Aliah dan Tsanawiyah Lakitan.
Di samping acara pokok, pada waktu itu sekaligus menggali dan meningkatkan literasi dan sejarah lokal Muhammadiyah di Pessel. Di antaranya menganugrahkan penghargaan kepada 6 tokoh pergerakan Muhammadiyah di Pesisir Selatan sejak masa awal sampai paling baru.
Tokoh penggerak masa lalu Muhammadiyah Pesisir Selatan menerima penghargaan PWM diwakili keluarga almarhum dan almarhumah. Buya Zam, ke 6 dari kanan, di antara Goodwil dan Shofwan Karim (Foto: Miangkabau News/RI)
Di antara mereka adalah Buya Samik Ibrahim, Buya Marifat Umar Sutan Ibrahim, Buya Munaf Malin Kayo, Buya Ilyas Maksum, Buya Muhammad Yatim Nurdin dan Numilus Ishak.
Pada Rapim ini juga digelar tablig akbar. Pengkajian ketarjihan dengan tema penyelenggaraan jenazah sebelum dan sesudah dikuburkan serta tanya jawab tim Majlis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Sumatera Barat. Dari Pimpinan Pusat hadir Buya Drs.H.M. Goodwil Zubir.
Kepandaian menakhodai “kapal” kolektif-kolegial Buya Zam serta komunikasi multi-lateral, bertambah terkesan. Misalnya kolaborasi Muhammadiyah dan Pemkab Pessel serta Majelis Taklim Pessel yang dipimpin Ibu Lisda Hendra Joni yang mendatangkan Buya Drs. H. M Goodwill Zubir PP Muhammadiyah, serta Ustadz Kondang Soleh Mahmud (Solmed) menjadi pentaushiah. Pada waktu itu merayakan Milad Aisiyah ke-104 di Painan.
Hajat itu menjadi momentum mempertahankan dan meningkatkan terus bangkitnya ‘Aisyiyah (22/7/2018). Hari itu diramaikan sekitar 6 ribu orang jamaah dari seluruh Sumbar. Bertempat di Masjid Raya Painan. Aisyiyah Wilayah memilih Painan sebagai pusat perayaan milad ke 104 itu setelah diyakinkan oleh PDA yang didukung penuh PDM yang berkolaborasi dengan pihak-pihak tadi.
Di antara tokoh Aisyiyah pada Milad 104 di Masjid Raya Painan,
22/7/2018. (Foto Aisiyah.or.id)
Ada lagi yang lain. Ketika Covid-19 belum menjadi Pandemik Dunia, Musyawarah Wilayah (Musywil) XVI Pimpinan Wilayah (PW) Pemuda Muhammadiyah Sumbar resmi dibuka Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Pemuda Muhammadiyah Sunanto, SHI, MH. Waktunya, Jumat (20/12) di Painan Convention Center. Ketua PW Pemuda waktu itu Muhayatul berhasil meyakinkan Buya Zam dan Bupati untuk menjalankan hajat prosesi demokrasi organisasi pemuda wilayah sekali 5 tahun ini.
Hadir dalam acara pembukaan Muswil tersebut, Gubernur Sumbar Irwan Prayitno, Ketua PWMuhammadiyah Sumbar Shofwan Karim, Ketua PDM Pessel Zamzainir, Bupati Pesisir Selatan Hendrajoni, dan Ketua Pimpinan Wilayah Pemuda Muhammadiyah (PWPM) Sumbar Muhayatul, SE, MSi, berikut ratusan peserta Muswil dari unsur PWPM, Pengurus Daerah kabupaten, kota dan Pengurus Cabang kecamatan se-Sumbar.
Ketua Umum PP Pemuda di damping Ketua PW Pemuda Muhammadiyah Sumbar, Gubernur Prof Irwan Prayitno dan Bupati Hendra Joni disambut sirih di carano pada pemubukaan Muswil Pemuda Muhammadiyah Sumbar, 22 Desember 2019. (Foto forumsumbar.com)
Ketua PWM Shofwan Karim Kepada Dinas Pendidkan Sumbar dan Rektor UMSB giliran berikutnya disuguhi sirih di carano pada pemubukaan Muswil Pemuda Muhammadiyah Sumbar, 22 Desember 2019. (Foto: gdm62.com)
Semua panorama kegiatan tadi, hanyalah sebagian kecil dari banyak kiprah Muhammadiyah Pessel. Buya Zam adalalah kapten kesebelasannya, bila diibaratkan tim sepak bola. Beliau telah melakukan ikhtiar terbaik. Kini semua hal itu menjadi kenangan dan catatan sejarah lokal Muhammadiyah.
Buya Zam meninggalkan seorang isteri dengan empat orang anak perempuan dengan para suami dan 13 orang cucu. Tokoh kelahiran Batang Kapas ini setamat Madrasah Aliah masuk IAIN Fakultas Tarbiyah Pendidikan Agama sampai Sarjana Muda (B.A.). Pernah kuliah di Sekolah Tinggi Sosial Politik (STIPOL) kemudian masuk ke Fakultas Hukum sebuah Yayasan di Painan dan menyelesaikan SH di situ.
Menjurut penuturan Ibu Ir, isterinya, Buya sudah hampir 15 tahun rutin diberikan dokter tablet untuk stabilkan gula darah. Pernah 2 tahun lalu dirawat di Rumah Sakit Umum Aisiyah Padang oleh dokter penyakit dalam putra dari dr Hadril Busuddin yang kala itu adalah direktur RSUA. Sekarang RSUA ini dipimpin dr. Zubir Yunus.
Sejak itu, Buya tidak pernah sakit. Tiba-tiba Rabu kemarin tidak enak badan dan diperiksa ke Puskemas Batang Kapas dan beliau mengatakan tidak apa-apa. Tetapi menurut keluarga, beliau diminta Puskesmas untuk dirujuk ke RSUD Painan. Dari Kambang ke Batang Kapas, Buya masih “meracak” motor roda duanya. Tetapi karena sudah dapat rujukan, maka keluarga dengan mobil membawanya ke RUSD Painan.
Menurut Isterinya, semula Buya juga merasa aman saja. Tetapi dokter menyatakan bahwa beliau harus dirawat. Sebelumnya masih di IGD, sambil menunggu kamar. Ketika isteri keluar sejenak untuk sesuatu, ada anak yang menunggu. Buya sudah di ICU. Di situlah isteri beliau ditelepon Kembali dan segera datang .
Secara lembut dan santun beliau, Buya Zam minta maaf kepada isteri dan keluarga. Tentu saja hati Ibu Ir dan anak-anak luluh. Tak lama beliau lemas dan berbisik malafazkan kalimat tauhid. Innalillahi wa innailaihirajiun.
Menurut dokter jantung beliau lemah akibat antara lain karena gula darah yang naik. Dan sekitar pukul 22.15 Rabu malam (29/7) kemarin, itulah ujung pengabdian duniawi beliau terhadap keluarga, Muhammadiyah dan masyarakat.
Beliau berpulang ke rahmatullah. Isteri Buya meminta maaf kepada kita semua dalam pengabdian kepada Allah swt melalui amaliah dan ikhtiar di Muhammadiyah. Mungkin ada salah dan khilaf. Eska dengan sendu mengatakan akan disampaikan dan semua warga keluarga besar Muhammadiyah telebih dulu meminta maaf dan memaafkan. Insya Allah
Buya Zam yang santun tetapi tegas telah menjadi teladan warga Muhammadiyah. Setiap tuturan katanya yang lembut masih mengiang di telinga dan hati Eska Betapapun kedaan terpepet ketika mengurus Muhammadiyah beliau tenang dengan suara lambat dan terkendali. Itu pula yang terpancar dari suara isterinya yang sabar dan tawakal. Isteri beliau bersuara sayu dari balik gadget.
Setelah bercakap dengan telepon dengan keluarga Buya Zam, Eska langsung call Nurman Agus dan Solsafad dari PWM yang berangkat ke rumah duka dari Padang Bersama Afdi Efendi Majelis Dikdasmen dan yang lain.
Semoga Allah mengampuni dan melapangkan jalan Buya Zam ke rahmatullah dan husnul khatimah. Semua keluarga yang ditinggalkan kokoh iman, ikhlas dan selau mendoakan beliau bersama kita semua. ***
Ciputat, Kamis 30 Juli 2020-9 Zulhijah 1441 pk 11.39.
Komentar