Newsletter 3 Syawal 1441: Etos Al-Birr-Kebajikan







Assalamuakaikum wr wb. Ibu dan Bapak yang dimuliakan Allah.

Para mufasir menyebut perbedaan strata sosial dan ekonomi suatu yg alami. QS Al-furqan, 25:20 misalnya. Rasul sebelum Muhammad SAW, mereka memakan aneka kuliner dan menelusuri pasar. Ini merupakan sketsa masyarakat dg stratifikasi multi ragam. Atas, menengah dan bawah.

Akan tetapi kepedulian terhadap mereka yg berada di papan bawah strata itu, mesti menjadi konsen pula.

Itulah QS At Taubah 103. Semua mufasir dan ulama merujuk ke ayat ini sebagai akar fundamental himbauan zakat, fitrah, infak, sadakah, wakaf, hadiah, kharaj dan seterusnya.

Pada gilirannya melahirkan Baitul mal. Baitut tamwil. Amil. Rumah zakat. Baznas. Lazismu. Lazisnu. ACT. Dompet duafa dst.

Lebih dari itu, kepedulian bukan hanya kewajiban menurut syariat. Etika Quran tentang al-Bir telah menjadi virtue sebagai etika global. Ia menjelma menjadi kecintaan kepada kemanusiaan. Itulah yg populer disebut sebagai filantropi.

Mengapa badan dan lembaga itu lahir? Karena semua kepedulian tadi harus dimenej, dikelola, diadministrasikan, transfaran dan dipertanggungjawabkan.

Artinya untuk setiap langkah menjajakan al-birr,  virtue, kebajikan (QS, 2: 177) ihsan (QS, 16 : 128) peduli kemanusiaan (QS, 17:70), semuanya tidaklah sederhana. 

Para tokoh super kaya dunia sekelas Bill Gate dan nyonya Melinda Gate membelanjakan sebagian kekayaannya untuk filantropi ini. Mereka mendirikan lembaga yg membelanjakan filantropi itu. Bill & Melinda Gate Foundation (BMGF) fokus kepada kesehatan, mengurangi kemiskinan, pendidikan dan melek-koneksitas IT.

BMGF membangun kemitraan global ke berbagai aktivitas filantropi di seluruh dunia. Tentu saja fokus mereka ke wilayah rentan pada 4 misi mereka di atas selain dalam negeri AS adalah Afrika, Asia dan Amerika Latin .

Keluarga Gate hanya satu contoh saja. Jutaan orang di dunia dg skala dan spektrum berbeda ada di setiap penjuru kaki langit. Begitu pula setiap company, perusahaan besar dan kecil swasta dan negara menyebutnya CSR (Corporate Social R'esponsibility) dan kemitraan lainnya.

Di Indonesia ada para pemurah hati, dermawan, para tokoh yang selalu peduli. Sebut saja seperti K
keluarga JK, Nurhayati Subakat, Abu Rizal Bakrie, CT atau Chairul Tanjung, Fahmi Idris untuk nasional. 

Untuk lokal banyak nama pula. Seperti Arnis Saleh, "Murni",  Marah Djabar-Basril Djabar, Keluarga Gusman Gaus seperti Irman Gusman dan Guspardi Gaus , Asril Kunango Jantan, Ali Usman Syuib "Hidayah",  Zairin Kasim-Rani Ismail "Suka Fajar", Asli Khaidir, dan seterusnya.

Dan kembali ke awal narasi ini, Islam telah menetapkan setiap muslim yg mampu menjadi orang yg setara dengan Gate dan nama2 tadi.

Bukan dalam kuantitatif-volume tetapi kualitatif-jauhar-inti. Bobot dan nilai ikhlas, Al birr, virtue dan Ihsan.

Mereka semua, terlepas dari agamanya, bangsa dan etnis apa, telah mengamalkan nilai-nilai etos kehidupan Islami tentang kebajikan. 

Dan kita semua, yg mengamalkan At Taubah 163 tadi, mudah2an bagian dari itu. Terimakasih atas perhatian dan kesedian memakluminya.

Wassalam,
Shofwan Karim






Komentar

Postingan populer dari blog ini

Shofwan Karim, Obituari Buya Mirdas Ilyas (3): Satu Rumah-Posko Bersama

Sejarah Tahlilan