Wardah, Jatuh, Bangkit dan Go International
Wardah, Jatuh, Bangkit dan Go International
Wardah. Memo, Shofwan Karim (Padang, Ahad, 22/1/17)
Hujan jatuh keras menimpa atap Asrama Haji Tabing. Berlari dari satu agenda ke agenda berikutnya. Ini seperti sudah rutin baginya. Yang Maha Mengatur membuka kran enerji tanpa batas. Acara yang molor hampir 2 jam dari yang tertera di undangan, sudah masuk urutan ke 4. Ia minta teman di sebelah bergeser ke kursinya. Ia manggalucuih keluar .
Suatu yang tidak baik sebenarnya. Meninggalkan satu undangan sebelum selesai. Seperti kebiasaan kebanyakan pejabat sejak dulu sampai sekarang. Akan tetapi kali ini ia memaafkan dirinya. Jarang sekali dilakukannya hal seperti ini. Hanya semata karena keterpaksaan.
Di Sawahan 62, sesi baru dimulai. Pertemuan Majelis Ekonomi (MEK) PWM. Ruangan sidang gedung dakwah itu cukup padat. Kapasitas 30 kursi penuh. Tamu sore ini adalah seorang tokoh wanita pemilik dan pemimpin tertinggi satu perusahaan besar. Tokoh itu adalah Hj Nurhayati Subakat. Setelah bersalam-salaman, ia langsung duduk. Ketua MEK Yuzardi Maad barusan membuka pertemuan.
Ia menyapu padangan berkeliling ke semua hadirin. Memastikan siapa saja yang ada di depannya. Beberapa adalah pelaku ekonomi dan usahawan. Ada pula dosen yang juga pelaku ekonomi. Hadir teman SMA Nurhayati yang kini Dosen Senior Eknomi Unand Syahrial B Syarif.
Ada pemilik dan pimpinan Zagalo Mart, Suryani. Ia dipanggil angkatan muda sebagai Uni Cien. Ada pemilik dan pimpinan super market, Budiman Mart dengan isterinya. Pasangan suami-isteri muda ini memiliki 3 swalayan di Padang dan 3 pula di Bukittinggi. Budiman dan Zagalo sore ini menjadi sponsor pertemuan sekalian hidangan durian dan ketan. Ada tokoh dan beberapa yang lain. Aisyiah, Ortom dan Agkatan Muda Muhammadiyah (AMM).
Acara tunggal sore itu tentang kewirausahaan. Menimba pengalaman dan merajut motivasi. Tokoh sore itu adalah Nurhayati Subakat. Owner dan CEO PT Paragon Technology Innovation (PTI) . Dulu bernama PT Pusaka Tradisi Ibu, pemilik merek kosmetik muslimah Wardah.
Ratu pengusaha kosmetika nasional yang sudah go internasional ini kelihatan rendah hati, simpel, dandan sederhana tetapi paten Orang yang baru kenal akan keliru tentang usianya. Nampak lebih irit dari seorang yang lahir 27 Juli 1950. Di balik jilbab “lilit” Etek Amah (Rahama El-Yunusiah), Nurhayati yang tamat Diniyah Putri Padang Panjang pertengahan 1960-an itu, mulai bercerita.
Tidak cukup hanya dengan mengandalkan niat”, katanya. “Mesti lebih. Di dalam teori bisnis ada teori 4 P: Product (produk), Price (harga), Place (tempat) dan Promotion (promosi). Maka saya”, katanya , “menambahkan satu P lagi. Pertolongan Allah”. Di dalam menjalankan itu semua ia mengatakan fondasi utamanya, “silaturrahim (komunikasi intensif)”.
Silaturrahim tidak sekedar menjajakan promosi. Tetapi secara mendalam mengkomunikasikan kehidupan dan kemanusiaan. Tentu saja, di antaranya memahami secara mendalam dan detail apa yang menjadi idaman setiap konsumen. Mengetuk hati publik-konsumen, merawat dan menolak galau atas produk. Semua itulah mungkin yang dimaksudnya sebagai bagian dari silaturrahim tadi.
Sepintas lalu ia seperti dosen pensyarah. Atau bak tokoh Aisyiah dalam pengajian pimpinan. Ternyata lebih dari itu. Nur melanjutkan. “Semangat yang pantang menyerah”. Bagian lain yang menjadi soko guru utama. Beberapa sumber menyebut, ia membantu usaha orang tuanya ketika menjadi siswa SMA 1 Padang. Boleh jadi ini benih awal jiwa wiraswasta, genétika asasi mengaliri pembuluh darahnya.
Setamat kuliah di jurusan Farmasi ITB, Nurhayati bekerja di Rumah Sakit Umum M Djamil Padang. Entah karena apa ia hengkang ke Jakarta. Mungkin karena kakak tingkatnya di ITB yang kemudian mempersuntingnya menggunggung membawa terbang. Lalu Nur bekerja si satu korporat kosmetik terkenal.
Meski menikmati pekerjaannya di situ, tetapi ia tidak bertahan. Antara lain karena dua putra dan satu putrinya mulai meminta perhatian yang tinggi kepadanya. Sebagai ibu anak-anak, ia merasa kesulitan membagi waktu. Bekerja penuh waktu di industri kosmetik Wella membuatnya terpaksa meninggalkan putra-putri yang butuh asuhan penuh dan tumbuh menjadi anak dan remaja . Nur keluar dari industri kosmetik yang sudah agak lama digelutinya ini.
Setelah anak-anak mulai bersekolah dan ia mulai mempunyai waktu luang, keinginan untuk melakukan sesuatu muncul lagi. Ilmu farmasi dari ITB dan pengalaman sebelumnya di instansi pemerintah dan swasta tadi menjadi modal pokok, ia bergerak. Mulai dari usaha kosmetika produk rumahan. Menjajakan produk dari pintu ke pintu. Dari salon ke salon. Awalnya mempekerjakan 20 orang karyawan. Usaha kecil itu bergerak perlahan tetapi pasti.
Cobaan datang. Upaya yang dirintis susah payah sejak 1985 itu, hanya beberapa tahun bertahan dan jatuh. Bangkit lagi dan jatuh lagi. Hampir saja ia talak tiga dengan dunia usaha itu. Akan tetapi karena ada rasa tangung jawab kepada orang-orang yang bekerja dengan usaha kecil yang bergerak dinamis, tetapi runtuh itu, ia bangkit.
Pada awalnya kosmetika produk rumahan ini ia beri merek putri. Sampai sekarang merek putri tetap eksis. Dengan alasan pengembangan bisnis, ia berfikir perlu produk baru. Atas saran dari pesantren Hidayatullah untuk perlunya produk kosmetik yang islami bagi kaum muslimah, maka lahirlah produk baru. Dengan berbagai pertimbangan, ia memilih merek, brand baru itu adalah Wardah. Bermakna setangkai bunga.
Ada kalanya bisnis ini mengalami kemunduruan--untuk tidak mengatakan bangkrut. Ia berusaha bertahan. Pinjaman dari Bank dan ditambah gaji Subakat Hadi, sang suami yang berkerja di perusahaan besar lain, menyuntik semangat dan kinerja. Ia kembali mampu menggaji karyawan. Perlahan tetapi pasti, sejak itu Kosmetika Wardah semakin naik di mata publik serta konsumen makin melirik.
Sekalian belakangan, ia cantumkan embel-embel kosmetika halal. Tentu saja kala itu, tambahan label halal banyak yang memberi kritik. Salah-salah bisa dianggap menjual “agama”?. Ia bertahan menghadapi berbagai kritik itu. Sekarang, malah justru dengan fenomena label halal produknya diterima publik dengan ambat baik, penuh gairah dalam aura modern dan klasik
Kembali kepada teori bisnis 4 P, seperti disebutkan di tas tadi, plus P ke-5 (Pertolongan Allah), diramu dengan kekuatan S (Silaturrahim), Wardah mendapat tempat yang semakin dicintai. Ia menggaet beberapa selebriti dan artis menjadi duta produk yang disebut Brand Ambassador.
Kini Wardah sudah mendapat tempat yang sangat terhormat di mata konsumen. Bahkan Wardah sudah go internasional. Di dalam gathering di berbagai negara, benua belahan sana, Nurhayati sering dikejar. Terutama para CEO Corporate Komestik Brand Top, dunia internasional lain. Mereka bertanya, apa rahasia sukses. Kalau yang lain pertumbuhan usaha corporate-cosmetics masing-masing mereka hanya berkisar 5 dan 6 %, tetapi Wardah rata-rata 30-35 % pertahun.
Wardah kini memiliki 1 pabrik di Cibodas, Tangerang dengan luas 1500 meter persegi. Lokasi lain berada pada 4 kawasan di Jatake, Tangerang dengan total 15 hektar atau 150.000 meter persegi. Memberi pekerjaan kepada 7500 (tujuh ribu lima ratus) karyawan. Beroperasi di 34 provinsi di seluruh Indonesia. Di beberapa negara Asia Tenggara dan sudah menembus beberapa negara di 5 benua, 7 Samudera.
Oleh karena sudah menjadi korporat kian besar dan menggurita, maka diperlukan konsentrasi keluarga. Subakat Hadi sengaja mempercepat pensiun dari perusahaan tempatnya mendaki karir sebelumnya. Ayah putra-putri anak Nurhayati dari Pitalah Padang Panjang itu kini menjadi super-visor , reviewer dan komisaris utama dari Corporate Paragon Technology Innovation.
Corporate yang menaungi wardah dengan ribuan item dan jenis produk kosmetik dan body shop itu adalah milik keluarga tersebut. Mereka menyerahkan manajemen korporat kepada 2 putra dan 1 putrinya yang insinyur dan dokter. Sementara Nurhayati menjadi Presiden CEO dari PTI ini.
Soal jalannya perusahan dan pengendalian korporat sudah sebagian besar diserahkan kepada generasi kedua dari keluarga tadi. Nurhayati lebih banyak meletakkan dan merawat strategi dan mengantisipasi masa depan. Memproyeksi perkembangan dunia korporate nasional dan internasioanl.
Lebih dari itu, Nurhayati banyak berkeliling kampus dan institusi bisnis, kewirausahaan dalam mentransfer pengalaman dan ilmunya kepada generai muda. Tentu saja di samping semua itu meneruskan hobinya traveling ke berbagai sudut dan penjuru bumi. Untuk merenung dan sekalian menggali inspirasi, mencipta kreasi baru dan mewujudkan cita-cita yang lebih besar lagi menuju korporat dunia.
Nurhayati paripurna di dalam memaparkan, penuh kapasitas dan intelegensia yang tajam dengan nyali bisnis dan tawaduk yang tinggi. Ia amat mahir myebut rincian pengetahuan dan pengalaman. Menguasai seluk beluk dan dinamika dunia korporat dan bisnis, percaya diri, dan amat meyakinkan.
Bagi audiens, Nurhayati menjadi sumber motivasi dan inspirasi dalam setiap pengabdian. Tentu saja lebih dari itu semua bagaimana melahirkan mimpi-mimpi dalam kenyataan. Berhulu, bersumber dan kemudian bermuara dari dan kepada ikhlas serta berharap ridha-Nya.
Insya Allah sesuai rencana Nurhayati akan menjadi pembicara dan berdialog dengan Keluarga Besar Muhammadiyah, Aisyiah dan AMM di Kauman Padang Panjang, 4 Maret 2017 ini. Pencerahan Muhammadiyah untuk Sumbar berkemajuan. Basamo mako manjadi. ***
Komentar