108 Th Muhammadiyah: Berbagi Peran dan Bijak

 


*SELAMAT MILAD MUHAMMADIYAH KE-108*

oleh Amin Ma'ruf


Muhammadiyah adalah gerakan dakwah amar ma'ruf nahi mungkar yang kini berusia 108 tahun dan telah mengalami berbagai masa juga rezim penguasa sehingga sudah sangat berpengalaman bagaimana membina umat serta mengelola segala potensi yang dimiliki.

Ada yang punya peran bersikap kritis terhadap pemerintah seperti Amin Rais, Dien Syamsudin, Busyro Muqodas, Ust. Bachtiar Nasir atau Musthofa Nahrawardaya.

Ada yang ditugaskan masuk ke dalam lingkaran kekuasaan seperti Muhajir Effendi, Hajriyanto Y. Tohari dan Buya Syafi'i Maarif.

Namun juga ada yang memposisikan diri di tengah seperti Prof. Haidar Nashir, Prof. Abdul Mukti, atau Ust. Adi Hidayat.

Bahkan harus ada yang kapasitasnya hanya untuk mengelola AUM atau sekedar menjadi relawan dan warga biasa.

Semua menjalankan perannya masing-masing dan itu sudah dimenej dengan sangat baik oleh Muhammadiyah.


Saya malah berasumsi, kalo semua pimpinan dan warga Muhammadiyah bersikap keras terhadap penguasa, sepertinya Muhammadiyah tidak akan bisa bertahan lama.

Jangankan sampai berusia seratus tahun, untuk bisa melewati masa penjajahan Belanda, Jepang atau zaman pemberontakan PKI 1965 saja barangkali Muhammadiyah hanya tinggal nama.


Di saat kebanyakan ormas hanya menyoroti masalah negeri (pengelolaan negara yang amburadul), Muhammadiyah tidak fokus disitu saja, tapi sangat aktif dalam penanggulangan bencana. Dan insyaa Alloh, Muhammadiyahlah satu-satunya ormas yang paling konsisten dalam penanganan pandemi. 

Ratusan milyar sudah digelontorkan oleh Muhammadiyah, bahkan tak sedikit relawan dan tenaga kesehatan (dokter dan perawat yang bekerja di AUM) yang merupakan aset penting, telah berguguran (meninggal dunia) saat berjuang menangani pandemi ini.

Untuk itu sangat tepat jika dalam milad ke-108 ini Muhammadiyah mengambil tema "Meneguhkan Keagamaan Hadapi Pandemi Dan Masalah Negeri".


Banyak sekali yang difikirkan dan ditangani oleh Muhammadiyah selama ini, tidak hanya sekedar menyantuni fakir miskin dan anak terlantar seperti pada awal pergerakan Muhammadiyah sebagai aplikasi dari pelaksanaan Surat Al Ma'un, serta mencerdaskan kehidupan berbangsa (termasuk pendidikan untuk anak-anak di PPM MBS Yogyakarta), namun juga berperan aktif dalam perjuangan melawan penjajah dan berjuang untuk kemerdekaan.


Maka tak heran jika Muhammadiyah sudah melahirkan banyak pahlawan, bukan hanya satu dua figur saja. Nama-nama itu mungkin tidak setenar Jenderal Sudirman, KHA. Dahlan atau Buya Hamka namun jasa-jasanya tidak kalah besar dengan beliau.

Sebut saja KH. Mas Mansur, Ki Bagus Hadikusumo, Kasman Singodimedjo, Ir. Juanda, Abdul Kahar Muzakkir, Soekiman Wirjosandjojo, H. Teuku Mohammad Hasan, H. Agus Salim, Ny. Siti Soekaptinah, Gatot Mangkupraja, KH. Fakhrudin, Nani Wartabone, AR Baswedan, Natsir, dan masih banyak lagi.

Kiprah mereka nyata, berhasil memerdekakan Bangsa Indonesia dan mengusir penjajah dari negeri ini, bukan lagi hanya wacana dan mimpi belaka.


Sekian puluh tahun ke depan pun saya yakin masih akan muncul sosok-sosok pahlawan dari "rahim" Muhammadiyah, mungkin bisa saja Pak Amin Rais nantinya mendapat gelar Pahlawan Reformasi karena sanggup menggulingkan rezim yang telah 32 tahun berkuasa, Pak Dien Syamsudin ulama Indonesia yg sanggup mempersatukan organisasi besar Islam sedunia, Dr. Siti Fadilah Supari sebagai pahlawan di bidang kesehatan, atau Ust. Adi Hidayat pahlawan penemu obat herbal covid-19, dan seterusnya.


Di saat penanganan Covid-19 masih jadi perhatian utama Muhammadiyah, bencana banjir akibat Badai La Nina yang kini menerjang sejumlah wilayah di Indonesia segera menjadi ladang amal baru bagi relawan dan warga Muhammadiyah yang tergabung dalam OMOR (One Muhammadiyah One Responze)

Melalui Lazismu dan MDMC (Muhammadiyah Disaster Management Center), lembaga penanggulangan bencana milik Muhammadiyah yang telah diakui kiprahnya oleh WHO, mendirikan posko-posko bantuan di hampir seluruh daerah bencana.

Protokol covid-19 juga selalu diterapkan dalam aksi-aksi mereka menangani bencana.

Selain sebagai bentuk pencegahan penyebaran virus corona, hal ini juga untuk melindungi relawan Muhammadiyah yang merupakan aset utama persyarikatan.


Sekali lagi, "Selamat Milad Muhammadiyah Ke-108", semoga makin besar manfaat yang bisa dirasakan oleh umat, khususnya rakyat Indonesia.

__penulis adalah Kepala Panti Asuhan Muhammadiyah Sampang Cilacap__Dari WA Grup Muhammadiyah dikirim Ashril Syamsu.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Shofwan Karim, Obituari Buya Mirdas Ilyas (3): Satu Rumah-Posko Bersama

Sejarah Tahlilan