Hayuda dan Umat Tiang Utama


Muallimin Muhammadiyah Kubang 1937- PPM Darul Ulum 2018:
Hayuda dan Umat Tiang Utama
Oleh Shofwan Karim

PDM 50 Kota (Ahad, 19/8/18). Berlari mengejar waktu dari SDM Full day School Tanjung Pati kami tancap ke PPM Darul Ulum MTsM Kubang. Dr Afifii Abbas dan Sepriyanto membawa kami ke Pondok Pesantren yang dulunya bernama Muallimin Muhammadiyah Kubang. Menurut sahibul hikayat waktu didirikan 1937 bernama Muallimin Muhammadiyah.



Sesuai kemajuan zaman dan revolusi IT 4.0, pertama yang dilacak adalah eksistensi pesantren terkini di dunia digital, dunia-maya, internet dan  website resmi pemerintah atau sumber lainnya.  Berikutnya melacak dengen  wacana lisan disampaikan kepala madrasah, wakil kepala, majelis guru dan unit pelaksana lainnya. Lalu seberapa jauh pula hasil pengamatan langsung kami ke Madrasah ini.

Berikut hasil lacakan pada :



Kapan perubahan nomen-klatur dari Mualimmin kepada Pondok Pesantren Moderen Darul Ulum Madrasah Tsanawiyah Muhammadiyah Kubang? Belum terjawab waktu itu.

Dari data digital, beberapa belum di-update.   Akan tetapi cukup menggembirakan akreditasi  Madrasah adalah B. Meski sudah harus diperbaharui karena akreditasi B itu mungkin sudah hampir kedaluarsa. Menurut tayangan tadi Akreditasi B diperoleh pada 01.01.2013. 


Selain itu kami menerima  keterangan dari Kepala Madrasah jumlah santri  seluruhnya 98 orang. Dengan majelis guru sebanak 17 Orang. Ada asrama putri yang cukup. Walaupun baru 8 santri wanita yang menempati bersama guru pembimbing.

Tujuan utama kami ke sini di samping hendak memperkuat silaturrahim adalah meninjau 10 komputer yang diusahakan bantuannya oleh alumni Muallimin Dr. H. Anwar Abbas yang kali ini kunjungannya tertunda.   

Sekretaris Umum MUI Pusat itu melobby pihak ketiga yang bekerja sama dengan MUI memberikan bantuan fasilitas pendidikan. Sekarang yang mendapat adalah MTsM ini. Maka di ruangan operasional komputer yang khusus disediakan di lantai 2, sudah berjejer 25 set-komputer. Rupanya sebelum bantuan ini sudah ada pihak lain yang secara sendiri atau kolektif membantu 15 komputer. Maka dengan begitu pada ujian nasional tempo hari, MTsM ini mampu melaksanakannya dengan baik. 




Bantuan Komputer MUI (Foto: Dok/SK
Bersama beberapa santri putri  yang tinggal di asrama (Foto:Dok/SK)
Beralih cerita kepada kondisi yang kami lihat. Kami datang hari Ahad, jadi tidak bertemu dengan semua santri atau guru. Hanya Kepala Madrasah, Wakil, beberapa Guru dan Guru penanggungjawab ruang komputer. Beberapa santri yang kami temui sudah mau pulang. Mereka barusan ada giat ekstra pada hari libur ini.  

Tampaknya para pengabdi pendidikan Muhammadiyah ini, hanya semata-mata karena kami datang maka beliau-beliau bertahan. Padahal banyak keperluan pribadi dan keluarga hari libur itu. Dalam hati saya hanya berdoa  kepada Allah semoga mereka dibalasi ganjaran yang berlipat ganda dari Allah swt. 

Di ruangan komputer dan komputer bantuan. (Foto:Dok/SK)

Ganjaran dunia mungkin sangat minim, tetapi mudah-mudahan ganjaran akhiratlah yang paling besar. Mereka mengamalkan QS, 3:142; 22:78; 29:69 dst. Di dalam dialog, soal balasan jerih payah mereka, sama seperti sebagian besar tenaga kependidikan Muhammadiyah yang masih amat memprihatinkan. Bantuan guru negeri atau pemerintah amatlah sangat terbatas. Untuk madrasah ini, hanya Kepala Sekolah. Yang lain adalah tenaga kependidikan Muhammadiyah. 

Selain itu pembangunan sarana dan prasarana fisik, nampaknya lumayan. Sebagai perbandingan, pada kurun waktu 2000-2005, saya ke sini, belumlah seperti pemandangan hari ini.  Dulu gedungnya sederhana.  Belum sebanyak gedung dan ruangan belajar seperti sekarang. Ada waktu itu asrama tetapi sangat sederhana.  Sekarang asramanya baru. 

Bersama Kepala, Wakil dan Majelis Guru meski hari libur. (Dok/SK)


Di dalam tuturan-wicara dengan Kepala Sekolah saya bertanya siapa saja dan dari mana saja sumber bantuan untuk semuanya itu?. Dengan jujur dijawab, banyak yang membantu terutama alumni dan perantau Kubang. Tetapi lebih dari semuanya itu, adalah tokoh utama dan tulang punggung Madrasah ialah usahawan Martabak Kubang Hayuda. Akronim dari Haji Yusri Darwis.

Beliau sudah  berusia sekitar  80-an. Dan kalau datang permintaan dan laporan, beliau langsung menggelontorkan bantuan. Tetapi  kadang-kadang dengan segala "garah"-nya sambil memegang kening, terdiam. Nanti pada saatnya pasti dibantu. Itu sudah berkangsung lama. Terlalu banyak untuk menerangkan apa saja yang dibantu dan kapan saja bantuan itu mengalir. 

Saya bertanya, bagaimana nanti kalau beliau sudah saatnya sampai diujung jalan?. Kepala sekolah bilang, bahwa semua anak dan keturunan Hayuda kelihatannya sama seperti ayah mereka. Akan tetapi tidak mungkinlah kita bergantung selamanya, apalagi untuk kesejahteraan guru. Untuk hal iu, kami semua termenung.

Perbaikan manajemen, usaha dan ekonomi  produktif, bantuan warga Muhammadiyah, wakaf uang, dan infak ummat perlu lebih ditingkatkan lagi dengan cara modern, konseptual dan kreatif.  Hayuda dan umat adalah tiang utama. Mudah-mudahan akan terbuka selalu pintu kemudahan seperti isyarat QS, 104:5-6. ***






Komentar

Postingan populer dari blog ini

Shofwan Karim, Obituari Buya Mirdas Ilyas (3): Satu Rumah-Posko Bersama

Sejarah Tahlilan