Ini Bukan Sekedar Perayaan

Ini Bukan Sekedar Perayaan

Sabtu, 01/11/2008 22:06 WIB

klik untuk melihat foto

Padangmedia.com - PADANG-Pemerintahan Sumatera Barat didukung oleh PTSemen Padang mengadakan syukuran atas Syafii Maarif, sebagai penerima Magsaysay Award dari Pemerintah Filipina pada Juli 1008 lalu. Syafii menerima penghargaan dalam kategori perdamaian dan pemahaman internasional.
Syukuran yang digelar di gedung serbaguna SP, Sabtu (1/11) ini dihadiri lebih kurang 1000 yang datang dari berbagai kalangan.
Syafii menyampaikan ia sangat berterima kasih atas acara itu, namun ia mengharapkan agar ini bukanlah sekedar perayaan saja, namun juga dapat dimaknai.
Ia sangat mengharapkan agar generasi muda untuk meneruskan perjuangan menegakkan moderasi, inklusivitas, dan pluralisme.
"Tapi yang otentik, tidak berpura-pura," ujarnya.

Menyangkut anugarah itu, seperti disampaikan Shofwan Karim dari beberapa siaran pers di negara asal Magsasysay, Pak Syafii ini dinilai sebagai orang yang berprinsip islamis yang kaffah, yang komprehensif. Satu ayat dalam Al Quran dibandingkan dengan ayat lain. "Dia selelu menyebut Al quran bisa toleran. Kita bisa hidup berdampingan dengan siapa saja termasuk orang atheis. Soal akidah kita beda, tapi tidak harus dibunuh. Tapi kita harus menyerukan agama kita kepada orang lain. Selain itu juga kepeduliannya terhadap pemberdayaan orang miskin. Maarif orang yang lugas dan sederhana. Beliau tegas serta sederhana dalam memimpin. Muhammadiyah yang besar itu dipimpinnya. Selain itu, ia sangat kritis. Tapi ketika ia mengeritik Amerika, tapi Amerika tidak tersinggung. Itu waktu terror Bush, Syafii keras mengkritik walau dia alumni Amerika," jelas Shofwan.

Menurut Shofwan , Syafii Maarif memang pantas penghargaan itu untuk dia karena secara internasioal ia punya visi tentang kehidupan pluralisme. Itu bukan plularisme yang umum dipahami orang untuk merubah agama. Bukan demikian yang ada dalam pikirn Maarif. , bukan. Tapi dalam kehidupan sosial. Pluarisme yang sosiologis bukan teologis atau akidah. (romi)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Shofwan Karim, Obituari Buya Mirdas Ilyas (3): Satu Rumah-Posko Bersama

Sejarah Tahlilan